28

5.6K 391 62
                                    

"Kalo terjadi apa-apa sama papa, aku tanya maaf kamu gunanya apa mas?" Andin melemah, suaranyanya terdengar memelan.

"Saya minta maaf, kamu tenang ya, jangan seperti ini, Ndin. Papa juga udah gapapa kan, udah ya." Al berusaha menenangkan Andin.

"Syukurnya papa gapapa, kalo papa sampe kenapa-kenapa mungkin aku bakal bunuh kamu mas." ucap Andin penuh kebencian dan ancaman.

Al lagi-lagi-lagi-lagi dibuat terkejut oleh Andin, Andin yang selama ini sangat sabar, kali ini benar-benar seperti tidak ada ampun darinya.

"Iya saya minta maaf ya, ya Andin ya, maafin saya ya. Papa udah gapapa kan, papa baik-baik aja, doain yang baik-baik. Gausah dibesar-besarin lagi."

"Gausah dibesar-besain kamu bilang? Haha di sini masalah besarnya ga cuma di sakitnya papa, tapi di kamu dan selingkuhan kamu itu. Kamu.." Andin tekekeh miring, seolah menertawakan Al yang menganggap remeh masalah kali ini, belum selesai Andin bicara, Al memotongnya dengan bentakan.

"Cukup Andin!"

Al yang memang memiliki karakter keras dan mudah emosi, terpancing saat Andin menyebutnya selingkuh. Al merasa sudah berkali-kali ia menjelaskan soal Michelle dan kali ini pun ia sadar dirinya salah tapi ia sudah meminta maaf sedari tadi.

Andin sama sekali tidak takut dengan bentakan Al kali ini. Dengan santai ia tersenyum miring.

"Kamu ninggalin papa aku untuk dia, kamu meninggalkan tanggung jawab kamu, kewajiban kamu, yang selalu kamu bilang sebagai seorang suami, untuk wanita itu. Aku bahkan udah bilang dia pura-pura tapi kamu ga percaya, kamu lebih percaya dia, padahal bisa aja kamu cari tau kebenarannya tapi kamu gamau. Kamu udah sangat percaya sama dia, sedangkan sama aku ngga sama sekali."

Al kembali diam, ia adalah orang yang cerdas selama ini tapi kenapa kali ini ia merasa bodoh. Tidak tau apa yang harus ia lakukan.

"Tanpa harus kamu bilang, aku tau kalo wanita itu lebih penting buat kamu dibandingkan rumah tangga kita. Bahkan ini ga layak disebut rumah tangga haha"

"Jadi buat apalagi mas? Apalagi yang perlu dipertahankan?"

"Andin, Ndin, saya minta maaf." Al kembali melembut, ia seperti tau akan kemana arah pembicaraan Andin. Andin masih terus menghindari dan menepis sentuhan-sentuhan Al.

"Aku. Melepasmu, Aldebaran." ucap Andin pelan sambil menatap mata Al.

Al panik bukan main, ia melihat luka di sana, Andin yang terus menangis, membuat Al ikut merasa terluka. Ia terluka mendengar ucapan terakhir Andin tapi ia lebih terluka melihat keadaan Andin saat ini.

Al mematung, sampai Andin membalikan badannya untuk meninggalkan kamar. Baru dua langkah, Al memeluk paksa Andin dari belakang. Menghiraukan Andin yang meronta berusaha melepaskan pelukannya.

"Saya minta maaf, Ndin. Kalau kamu mau saya akan kirim orang untuk cari tau kebenaran soal Michelle, kita buktikan sama-sama" ucap Al di samping telinga Andin, terdengar nada sedikit panik di sana.

"Mas, lepasin." Andin berkata dengan nada tegasnya, berusaha mengontrol diri.

"Ngga, saya ga akan lepasin sebelum kamu tarik kalimat kamu tadi."

"Buat apa mas? Aku tanya sama kamu, buat apa?" Andin kembali menangis, ia masih berusaha melepaskan pelukkan Al.

Al masih menahan pelukannya, berharap bisa menenangkan Andin. Tapi Al tidak mengeluarkan sepatah katapun, ia pun sedang kalut, takut-takut jika nanti salah bicara lagi.

Perlahan Al merasa sudah tidak ada perlawanan dari Andin tapi tubuh Andin melemah dan hampir merosot ke bawah jika saja Al tidak menahannya, Andin pingsan. Sepertinya masalah ini membuat Andin benar-benar merasa tertekan dan lelah fisik maupun psikis.

..

Sementara itu di luar kamar, ada Rossa dan Kiki yang mencemaskan dua orang itu, sepasang suami istri yang ribut besar kali ini. Selama ini belum pernah mereka bertengkar sampai seperti ini, biarpun ada pertengkaran biasanya Al yang membentak Andin dan Andin yang diam atau menangis. Tapi kali ini teriakan Andin terdengar sampai ke kamar Rossa dan Kiki, membuat Rossa dan Kiki keluar untuk mencari tau apa yang terjadi.

Tidak terdengar jelas memang apa yang menjadi penyebab pertengkaran Al dan Andin kali ini, tapi suara teriakan dan jeritan Andin terdengar cukup mengejutkan. Rossa tidak berniat ikut ikut campur ke dalam hubungan anak dan menantunya itu, ia hanya berdoa semoga rumah tangga mereka baik-baik saja.

Kiki terus menggenggam tangan Rossa, ia pun cukup terkejut mendengar teriakan Andin, ia turut khawatir mendengar pertengkaran terbesar yang pernah ada di Pondok Pelita selama ini. Ia tidak tau apa yang membuat Andin semarah itu, bahkan ia tidak tau kalau Andin bisa marah.

Ketika Andin pingsan, Rossa dan Kiki tidak mendengar lagi suara Andin atau pun Al yang bertengkar dan saling berteriak.

"Bu, udah hening Bu" Kiki berkata pada Rossa Ketika tidak lagi mendengar suara Andin dan Aldebaran.

"Iya Ki, mungkin mereka udah baikan kali ya"

"Semoga ya Bu, mereka cuma salah paham terus akhirnya cepet baikan deh" Kiki tersenyum lega, membayangkannya.

"Ya udah kalau gitu kita kembali ke kamar ya, ngga ada yang perlu dikhawatirkan lagi."

"Iya Bu, selamat malam Bu Rossa."

"Malam, Ki"

Rossa dan Kiki telah kembali ke kamar mereka masing-masing, meninggalkan tempat mereka berdiri tadi. Mereka mengira pertengkaran Al dan Andin hanya kesalahpahaman dan kini Al dan Andin telah menyelesaikan masalahnya, karena tidak ada lagi suara pertengkaran yang terdengar. Meskipun Rossa bingung apa masalah mereka tadi tapi ia tidak ingin ikut campur, yang penting anak-anaknya baik-baik saja.









....

Aldebaran & Andin (Married Life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang