DAMARA | 01

1.8K 112 20
                                    

Apa yang pantas untuk di bahagiakan? Kehidupan yang membosankan? Atau masalah yang tidak ada habisnya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa yang pantas untuk di bahagiakan? Kehidupan yang membosankan? Atau masalah yang tidak ada habisnya?

-Damara Megantara

~♕~

Sabillya melangkahkan kakinya menuju kelas barunya, ini merupakan hari keduanya bersekolah di SMA Wirmandala, SMA terfavorit di kotanya. Beruntungnya Sabillya, ia langsung mendapatkan teman sebangku, yaitu Mita, walaupun baru dua hari mereka berteman, Ilya dan Mita bisa begitu akrab, seperti sudah lama berteman.

Ilya masuk ke dalam kelasnya, masih sepi, baru di isi oleh beberapa siswa, bahkan jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Padahal bel masuk sebentar lagi akan berbunyi. Ilya duduk di kursi samping tembok, ia menyandarkan tubuhnya dan memejamkan matanya sejenak.

"Dor!" Ilya tersentak kaget karena suara Mita.

Ilya melepaskan earphone yang terpasang di telinga dan meletakkan handphonenya di tas meja.

"Lesu banget mukanya," ucap Mita yang tadi menatap Ilya sekilas.

"Sakit lo?" Tanya Mita sembari menempelkan tangannya di kening Ilya. "Anget," gumamnya.

Tringgg...

Bel masuk pun berbunyi, tanpa Ilya sadari kalau suasana kelasnya sudah mulai ramai.

"Nanti ada jam olahraga, lo di kelas aja, biar gue yang izin sama pak Mardi," bisik Mita sebelum Bu Loli yang mengajar bahasa Indonesia masuk ke kelas mereka.

~♕~

Sementara di tempat lain Damar menatap bosan ke arah Gerry dan Sebastian yang sangat asyik bermain gadgetnya. Damar mendengus sebal dan memilih pergi dari markas Ardegas sembari menenteng jaket bomber dan kunci motornya.

Melihat kepergian Damar membuat Gerry menghentikan permainan gamenya. "Si tiang listrik, mau kemana?" Tanya Gerry pada Sebastian yang masih fokus bermain.

"Nggak tau. Ger, ayok lanjut lagi," Gerry mengangguk lalu kembali bermain game bersama Sebastian

~♕~

Tiba di tempat tujuan, Damar pun turun dari motornya dengan sebuket bunga tulip untuk orang yang paling spesial dalam hidupnya. Damar sedikit berjalan untuk sampai ke tempat tujuannya. Setelah sampai, ia menatap gundukan tanah di hadapannya, Damar berjalan lebih dekat, lalu berjongkok di samping gundukan tanah itu.

Tania Kirania
Binti
Alzam Askara

Lahir: 2 Agustus 1980
Wafat: 15 Agustus 2018

Damar meletakkan buket di depan batu nisan mendiang Bunda nya.

"Hai, Bun, Amar dateng," Damar mengelus nisan Tania lembut.

DAMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang