DAMARA | 02

1.3K 82 26
                                    

~⚔️~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~⚔️~

Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, murid kelas 11 IPA 3 menatap tak semangat ke arah Pak Sultan yang sedang membahas tentang jaman penjajahan. Dapat dilihat murid yang duduknya paling belakang sudah begitu terlelap sampai-sampai ada yang mendengkur, tapi hebatnya tak ketahuan oleh Pak Sultan.

Ilya melirik Mita yang tengah menompang dagu nya dengan mata sayu, Ilya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Mita.

"Sampe sini paham?" Tanya pak Sultan.

Seketika murid-murid kembali duduk dengan tegak setelah mendengar suara pak Sultan. "Paham Pak!" jawab murid-murid serempak.

"Oke, kalau begitu. Gerry," Gerry terkejut saat pak Sultan menyebut namanya.

"I-iya pak?"

"Coba kamu jelaskan latar belakang imperialisme dan kolonialisme," mendengar itu Gerry menelan salivanya dengan susah.

"Mampus lo, Ger," gumam Sebastian yang duduk disebelah Gerry sembari menahan tawanya.

"Di jawab sekarang pak?" Tanya Gerry pura-pura polos.

"Tahun depan. Ya sekarang dong Gerry Setiady!" Geram pak Sultan.

"A-anu, i-itu-"

"Kamu telat?" Tanya pak sultan pada cowok yang baru saja tiba.

Gerry menghembuskan nafasnya sejenak, ia akan berterima kasih kepada orang yang sudah mengalihkan perhatian pak Sultan darinya.

Satu kelas menatap ke arah depan, di lihat seorang cowok berpenampilan kurang rapih berdiri di depan mereka. Orang itu adalah Damar, ya, Damar terlambat datang ke sekolah karena tadi ia sempat menolong seorang nenek untuk menyebrang jalan raya.

"Sebelum duduk, kamu, Bapak kasih hukuman," Damar menatap datar pak Sultan.

"Jelaskan latar belakang imperialisme dan kolonialisme," ucap pak Sultan.

Damar menghela nafasnya berat. "Munculnya imperialisme dan kolonialisme bangsa Eropa di awali dengan adanya perang salib antara bangsa Romawi dengan Turki Usmani yang terjadi pada tahun 1095 sampai 1492." Jawaban yang diberikan oleh Damar membuat seisi kelas menatapnya dengan tatapan tak percaya, termasuk Gerry, bahkan ia sampai ternganga. Melihat itu membuat Sebastian tersenyum jahil, ia mulai merobek kertas selembar, lalu ia gulung gulung dan memasukkannya ke dalam mulut Gerry.

"Bangs-"

"Gerry! Bastian! Berdiri di lapangan sampai jam istirahat!" Titah pak Sultan.

DAMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang