DAMARA | 13

640 58 23
                                    

~⚔️~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~⚔️~

"So, will you be my girlfriend?" Damar mengeluarkan sebuah kotak berisikan kalung yang sudah ia siapkan sejak tiga hari yang lalu.

Ilya terdiam, karena teringat ancaman yang Antari berikan padanya di toilet waktu itu. Ilya tidak mau membahayakan dirinya sendiri, tapi ia ingin menerima cintanya Damar, bagaimana ini? Apa yang harus Ilya lakukan? Apakah ia harus mengorbankan dirinya dan menerima Damar? Atau mengorbankan perasaan yang belakangan membuat Ilya tersadar kalau ia sudah mulai jatuh hati kepada cowok yang cukup di takuti ini.

"A-amar, sorry, gue gak bisa,"

Bagai petir di siang bolong, ucapan Ilya membuat Damar sangat terkejut, bagaimana tidak? Ia sudah pernah di tolak sebelumnya, dan sekarang, cowok itu kembali merasakan yang namanya di tolak lagi? Dengan orang yang sama, dan di tempat yang sama juga, sepertinya Damar kedepannya akan menutup tempat ini.

Damar tertawa renyah. "Kenapa? Kurang romantis?"

"B-bukan gitu,"

"Si Antari Antari itu udah bilang apa aja sama lo?" Bravo! Kenapa Damar begitu pandai membaca pikiran Ilya?

"G-gak, dia gak ada bilang apa-apa sama gue,"

"Terserah lo mau ngelak kayak gimana, yang jelas gue gak ada hubungan sama cewek lain, apalagi si Antari!" Benarkah ucapan Damar itu? Apa Ilya harus mempercayainya?

"Tatap mata gue," Damar memegang kedua bahu Ilya, bukannya menatap mata tajam Damar, Ilya malah memalingkan pandangannya ke arah danau.

"Sabil, tatap," Ilya begitu pasrah kalau Damar sudah memanggilnya selembut itu, akhirnya Ilya menatap mata Damar, seperti apa yang tadi di titah kan oleh cowok tampan di hadapannya itu.

"Gue cinta sama lo, lo gak cinta sama gue?"

"Cinta," Ilya mengucapkan itu tanpa sadar, Damar tersenyum puas mendengar kalau Ilya juga mencintainya.

Ilya langsung menutup mulutnya, kenapa tiba-tiba ia bisa mengucapkan itu? Apakah selain pintar membaca pikiran Ilya, Damar juga pintar menghipnotis Ilya?

"Terus kalo lo cinta sama gue, kenapa lo nolak gue? Kasih gue alasannya,"

"Damar, gue gak mau di cap sebagai perebut,"

"Perebut?" Bingung Damar.

"Oh, jadi si Antari bilang gitu ke lo?" Ilya diam, tak mampu untuk menjawabnya.

"Sabil, denger, lo bukan perebut, ataupun perusak hubungan orang, justru dia yang lebih cocok di cap kayak gitu,"

"Tapi, Mar-"

"Ssstt... Jangan siksa perasaan lo. Gue cinta sama lo, dan selamanya akan tetap begitu," Damar membawa Ilya ke dalam pelukannya.

Ilya melepaskan pelukannya. "Jadi, hari kita resmi jadian," ucap Damar.

DAMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang