DAMARA | 57

230 20 12
                                    

– • –

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

– • –

"Bagus ya, pantes nggak mau di anterin sama gue!" Ilya melepaskan pelukannya dari Lion, ia melihat Damar yang sudah ada di sampingnya sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

Tak lama setelah Damar tiba, datanglah Janet dan Gunawan, Janet yang menatap Ilya dengan tatapan tak suka dan Gunawan yang datang dengan wajah tak bersalahnya.

"Kalo ngomong sama cewek jangan pake nada tinggi dong!" Geram Lion tak terima karena ucapan nada tinggi Damar pada Ilya.

"Suka-suka gue."

Menghiraukan perdebatan Damar dan Lion, Ilya menatap Gunawan dengan tatapan kecewa.

"Pa, kalo emang nggak bisa tepati janji kasih tau aku, biar aku nggak tungguin kayak tadi,"

"Seenggak berharganya itu ya aku di mata Papa?"

"Papa jahat tau nggak," Ilya pergi meninggalkan Damar, Lion, Gunawan, dan Janet.

Hati Gunawan sedikit tersentuh saat Ilya mengatakannya jahat, apa sikapnya sudah kelewatan? Bagaimana pun juga Ilya juga anaknya, darah dagingnya, walaupun Ilya hadir karena terpaksa.

Gunawan mengejar Ilya, begitu juga dengan Damar, tapi langkah Damar malah di tahan oleh Lion yang menyuruhnya untuk tetap di sini, membiarkan Gunawan menyelesaikan sendiri masalahnya dengan Ilya.

Gunawan berhasil mengejar Ilya, ia menghentikan langkah anaknya yang hendak pergi itu.

"Lepasin, Pa," pinta Ilya dengan bercucuran air mata.

"Dengerin penjelasan Papa dulu, Ilya,"

"Penjelasan apa lagi Pa? Aku nggak butuh penjelasan apa-apa! Semuanya udah jelas banget. Papa lebih sayang sama Janet, Papa lebih selalu ada untuk Janet, Papa lebih menomorsatukan Janet! Pa, anak Papa nggak cuma Janet aja loh, ada aku juga Pa. Aku butuh perhatian kayak Janet, aku kesepian di rumah,"

"Pernah nggak Papa tanyain keadaan aku sekali aja? Pernah nggak Papa manjain aku Kayak Janet? Oke, kalo emang Papa nggak bisa manjain aku kayak Papa manjain Janet, aku cuma minta Papa sama Mama selalu ada buat aku? Bisa nggak? Kayaknya mustahil ya Pa?"

"Pa, Papa tau nggak, umur aku udah nggak lama lagi, Pa. Aku di vonis kena kanker darah stadium 3," ucap Ilya lirih, bahkan nyaris tidak terdengar.

"Tapi banyak mimpi aku yang belum bisa terwujud, pertama aku mau Mama, Papa, sama aku, kita makan di luar bertiga. Jalan-jalan bertiga, di anter sekolah sama Papa, Ilya mau banget loh Pa, tapi kayaknya itu mustahil banget nggak sih Pa? Secara, aku kan kayak nggak pernah di anggap kehadirannya sama kalian berdua,"

DAMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang