DAMARA | 48

212 28 2
                                    

~⚔️~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~⚔️~

Hati Damar mendadak gelisah tak karuan, firasatnya menjadi tidak enak memikirkan Ilya, sejak kejadian di sekolah tadi, ia tidak bertemu Ilya sama sekali, bahkan saat Damar hubungi pun Ilya tak menjawab.

"Steven kemana nih? Bukannya kata dia tadi cuma balik bentar doang ambil mobil, tapi sampe malem gini dia belum balik-balik," keluh Gerry yang baru saja kembali dari kamar mandi.

"Tau, mana tadi gue nitip cilok ke dia," lanjut Al sembari meletakkan stik PS nya.

"Lo nitip cilok? Kok nggak kasih tau gue, gue kan mau nitip juga," ucap Sebastian yang masih setia bermain PS dengan Gerald.

"Kalian ada yang liat Sabil nggak?" Tanya Damar.

"Enggak," jawab teman-temannya kompak.

"Ilya emang kemana, Mar? Kalian masih marahan ya?" Arslan yang tadi berada di teras pun masuk ke dalam ruangan karena hujan mulai turun.

"Kalo gue tau, gue nggak bakalan tanya,"

Arslan tersenyum tipis. Iya juga sih batinnya.

"Gue cabut dulu, mau cari Sabil," Damar mengambil kunci motornya di samping meja bar dan keluar dari rumah Gerald.

"Woy, masih hujan!" Teriak Arslan dari dalam rumah, tapi tak Damar hiraukan.

Damar mulai menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan ibukota yang basah oleh rintikan hujan.

~⚔️~

"Den, bujuk Non Ilya supaya mau kemo ya," pinta Bi Sari pada Steven yang masih berada di rumah sakit.

"Iya Bi, nanti aku bujuk Ilya biar mau kemo,"

"Terima kasih ya Den," Steven mengangguk, ia kembali mengarahkan pandangannya pada Ilya yang masih betah memejamkan mata indahnya itu.

Dua menit berlalu, Ilya mulai memberi tanda kalau ia akan siuman, tentu saja itu membuat Bi Sari dan Steven tersenyum pada Ilya. Perlahan-lahan tapi pasti Ilya membuka matanya, saat matanya terbuka sempurna, ia memegang kepalanya yang masih terasa sakit.

"Bi-bibi," ucap Ilya masih terbata-bata.

"Non butuh sesuatu?" Tanya Bi Sari.

Ilya mengangguk lemas. "A-air, Bi," Bi Sari mengambil air yang ada di nakas samping hospital bad Ilya.

"Pelan-pelan Non," Bi Sari membantu Ilya untuk minum.

Setelah Bi Sari membantu Ilya yang ingin duduk dan di beri sandaran bantal pada punggungnya Ilya menatap sekelilingnya, ia berada di rumah sakit lagi. Steven mendekati Ilya dengan langkah pelan dan duduk pada kursi.

"Ilya, gimana keadaan lo?"

"Udah baikan kok," ujar Ilya tersenyum. Steven ikut tersenyum namun dengan mata sendu.

DAMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang