DAMARA | 19

475 46 39
                                    

~⚔️~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~⚔️~

Ke esok kan harinya. Bi Sari tengah menyuapi Ilya semangkuk bubur, tadi, pagi-pagi sekali setelah pulang dari kampung halamannya, bi Sari langsung bergegas menuju rumah sakit yang di beritahu oleh Arhan pesan singkat di WA.

"Den Damar telponin bibi terus, katanya bibi liat non apa enggak, terus kalo udah pulang kasih tau Damar ya, bi, gitu non katanya,"

Mendengar nama Damar membuat Ilya yang tadinya lemas menjadi semangat. "Terus, terus bibi bilang apa? Bibi gak kasih tau Damar kan kalo aku di rumah sakit?" Bi Sari menggeleng.

"Den Damar kayaknya khawatir banget sama non Ilya,"

"Itu bi, yang aku gak mau kalo Damar tau aku sakit, aku gak mau jadi beban buat dia," Ilya menundukkan kepalanya, suaranya juga berubah menjadi lirih.

Bi Sari mengusap-usap punggung Ilya. "Oh iya, non, kata dokter Wisnu, non harus mulai kemoterapi, karena kanker darah non Ilya udah masuk stadium dua,"

Ilya menggeleng. "Ilya gak mau bi, nanti kalo Ilya kemo, rambut Ilya pada rontok,"

"Kata Damar, rambut Ilya bagus kalo panjang," lanjut Ilya sembari memainkan rambut panjangnya.

"Tapi non-"

"Bibi, percaya sama Ilya, Ilya bakalan sembuh kok. Karena Damar, Ilya bertahan bi," Ilya meyakini bi Sari.

~⚔️~

Sudah sehari setelah Ilya tak bisa di hubungi sangat mempengaruhi penampilan Damar, wajah cowok itu begitu lesu, di tampah lingkaran hitam di bawah matanya. "Mar, tidur, lo belum tidur semaleman," titah Arslan yang menemani Damar semalaman di markas Ardegas, di temani juga oleh Al, Steven, dan juga Gerald.

"Gak ngantuk," ucap Damar sembari menghisap puntung rokok di tangannya lagi, terhitung dalam 5 jam, Damar sudah menghabiskan puntung rokok sebanyak tujuh batang.

Arslan menyeritkan keningnya melihat kondisi Damar. "Baru aja berbunga-bunga tuh hati,"

"Jam berapa sekarang?" Tanya Damar.

"Setengah enam," Arslan melirik ke arah jam tangannya.

"Kenapa emangnya?" Bukannya menjawab, Damar justru meninggalkan Arslan dan ketiga temannya yang lain.

"Damar, Damar," Arslan menggelengkan kepalanya melihat kepergian Damar.

~⚔️~

Setibanya di kelasnya, Damar menghampiri Arhan yang sedang menulis, tanpa sepatah kata Damar menarik kerah seragam Arhan, bahkan Damar membuat tubuh Arhan sampai sedikit terangkat.

"Lo bawa kemana cewek gue?" Tanya Damar penuh emosi.

"Jawab brengsek!" Damar sedikit mencekik leher Arhan hingga cowok itu kesulitan bernafas untuk beberapa saat.

DAMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang