DAMARA | 71

224 17 1
                                    

Dengan langkah cepat, Damar membawa Ilya masuk ke dalam rumah sakit dalam gendongannya, bibirnya tak henti memanggil nama kekasihnya dan berharap Ilya akan membuka matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan langkah cepat, Damar membawa Ilya masuk ke dalam rumah sakit dalam gendongannya, bibirnya tak henti memanggil nama kekasihnya dan berharap Ilya akan membuka matanya.

"Sus, tolong tangani pacar saya," pinta Damar pada bebarapa perawat yang menghampirinya sembari mendorong hospital bad.

Damar menidurkan Ilya di hospital bad dengan hati-hati. Setelah itu beberapa perawat yang tadi langsung membawa Ilya ke dalam ruangan UGD untuk segera di tangani.

"Mohon maaf, Mas. Sebaiknya Mas tunggu di luar," ucap salah satu perawat sebelum ia menutup pintu ruangan UGD.

Sepeninggalan Ilya yang tengah di tangani oleh tim medis di dalam, Damar tak bisa duduk tenang, ia berjalan mondar-mandir di luar ruangan UGD. Damar sangat khawatir dengan kondisi Ilya, apalagi setelah melihat banyak luka lebam di wajah cantik pacarnya itu.

Damar mengepalkan tangannya ketika teringat akan kejadian tadi, Damar harus menyerahkan Janet kepada pihak berwajib secepat mungkin, kali ini tindakan Janet sudah benar-benar keterlaluan.

Hampir dua puluh menit sudah Ilya di tangani, namun belum ada tanda-tanda dokter ataupun perawat yang akan keluar dan menjelaskan kondisi Ilya pada Damar. Saat sedang mengunggu Ilya, tiba-tiba saja Lion datang setelah menyerahkan kasus penculikan Ilya pada pihak berwajib. Mengenai Haidar, jenazah lelaki itu pun sudah di urus dan akan di serahkan ke keluarganya.

"Ngapain lo masih di sini? Urus aja sana tunangan lo yang kabur," Lion duduk sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

"Jangan pikir gue nggak tau soal acara pertunangan lo, ya." Ketus Lion menatap Damar tajam.

Damar hanya diam saja, walaupun sebenarnya ia terpancing emosi, kalau saja ia sedang tak berada di rumah sakit, sudah pasti Damar menghajar Lion habis-habisan.

Lima belas menit kemudian, dokter keluar dari ruangan UGD setelah menangani Ilya kurang lebih selama tiga puluh lima menit, yang menurut Damar sangat amat lama. Damar langsung menghampiri dokter itu, di ikuti oleh Lion yang kini berdiri di hadapannya.

"Apa kalian keluarga dari pasien di dalam?" Tanya dokter itu.

Damar mengangguk cepat. "Saya pacar nya, Dok," jawabnya mantap.

Lion melirik Damar tajam. "Baru pacar. Saya sahabatnya dari kecil, Dok," ucap Lion tak mau kalah.

Dokter itu menatap Lion dan Damar secara bergantian. "Apa bisa di hubungi orang tuanya saja?"

Kali ini Lion menggeleng. "Kalau dokter mau bilang tentang kondisi Ilya, sama saya aja, Dok,"

"Baik. Mas nya bisa ikut ke ruangan saya," ucap sang dokter.

Lion membuntuti dokter itu untuk masuk ke dalam ruangannya, sementara Damar melihat Ilya yang masih belum sadarkan diri dengan berbagai alat bantu pernafasan yang melekat di tubuhnya lewat jendela.

DAMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang