DAMARA | 62

231 17 17
                                    

~⚔️~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~⚔️~

Damar mengerutkan keningnya saat melihat begitu banyaknya notifikasi dari Ilya, tanpa membuang waktu, cowok bermata elang itu menghubungi kekasihnya namun tak di angkat oleh Ilya.

"Gue pulang dulu," pamit Damar pada ke enam temannya.

"Eh, Mar mau kemana?!" Teriak Arslan yang tidak di hiraukan oleh Damar karena cowok itu sudah lebih dulu menyalahkan mesin motornya dan pergi ke rumah Ilya.

~⚔️~

Damar pun sampai di rumah Ilya setelah setengah jam perjalanan. Ia mulai memencet bel yang ada di samping pintu.

Tak ada jawaban.

Apa udah tidur? batin Damar.

Damar memencet bel sekali lagi. "Assalamualaikum, Sabil," ucap Damar dengan suara keras.

"Bi Sari," lanjut Damar.

Damar mengambil ponselnya dan menghubungi nomor telepon Ilya, tapi masih sama, belum ada jawaban juga. Setelah cowok itu mencobanya untuk yang ke tiga kali, akhirnya telepon pun di angkat oleh Ilya.

"Halo Sabil, kamu di mana? Aku ada di depan rumah kamu," Tanya Damar.

"Sabil? Bicara, jangan buat aku khawatir,"

"Bi Sari kemana? Aku pencet bel nggak di buka-buka pintunya,"

"Mar," ucap Ilya dengan nada ketakutan.

"Sabil! Kamu di mana? Kasih tau aku,"

"Mar, tolongin aku, Mar,"

"Kamu di mana? Cepetan kasih tau aku!" Tanya Damar sedikit emosi.

Prang!

Damar berlari dan menatap jendela ruangan kosong di lantai atas ketika mendengar suara pecahan kaca.

"Mar, hiks, aku takut,"

"Kamu jangan panik, aku sebentar lagi ke kamar ka-"

"Awsh!" Damar memejamkan matanya saat mendengar suara Ilya yang meringis.

"Sebentar ya sayang, aku matiin dulu teleponnya," setelah memutuskan sambungan telpon dengan Ilya, Damar menatap pintu rumah Ilya sebelum akhirnya ia dobrak.

Kini Damar sudah masuk ke dalam rumah Ilya, sangat sepi dan gelap. Damar menyalahkan senter di ponselnya untuk membantunya menemukan kamar Ilya.

Akhirnya ia sampai di depan ruangan kosong itu, Damar menempelkan telinganya di depan pintu, terdengar samar-samar suara laki-laki tertawa. Tanpa berpikir panjang, Damar kembali mendobrak pintu di rumah Ilya, masalah pintu bisa di perbaiki, tapi kalau Ilya sampai kenapa-kenapa, Damar tidak akan memaafkan dirinya sendiri.

"Sabil?!" Pintu ruangan telah terbuka, dan?

Begitu lampu ruangan di nyalakan, Damar melihat sebuah dekorasi khas ulang tahun yang bertuliskan. Happy Birthday Damar, menggunakan balon huruf.

DAMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang