DAMARA | 47

223 25 14
                                    

~⚔️~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~⚔️~

Dari arah kejauhan Lion memperhatikan tangan Ilya yang sedang di tarik oleh Mita dan Damar yang mengikuti kedua gadis itu di belakang Ilya dan juga Mita.

"Sabil, tunggu! Aku mau jelasin sesuatu sama kamu," Damar berusaha menghentikan langkah Ilya dan juga Mita agar mendengar penjelasan yang mau ia sampaikan pada Ilya.

Mita melirik Ilya sekilas, ia memberi Ilya sebuah kode agar mereka terus berjalan, tanpa perduli apa yang Damar katakan.

Damar mengepal tangannya kuat, ia kesal karena ucapannya tak di dengar oleh Ilya. "Gue bilang tunggu, ya, tunggu!" Kali ini Damar meninggikan sedikit nada bicaranya.

Mendengar suara Damar yang sepertinya sedang marah, Ilya dan Mita dengan spontan menghentikan langkahnya.

Melihat kalau Ilya berhenti, Damar mengambil kesempatan ini untuk menarik tangan Ilya dan membawanya keluar kantin. Lion yang sedari tadi hanya menonton, ikut pergi saat tangan Ilya di tarik oleh Damar.

Lion mengambil jalan pintas agar mengentikan Damar yang entah akan membawa Ilya pergi ke mana.

"Lepasin tangan lo dari Ilya, bangsat!"

"Nggak liat kalo dia ke sakitan," lanjut Lion sembari menunjuk pergelangan tangan Ilya yang memerah akibat ulah Damar.

Damar menatap pergelangan tangan Ilya, dan ternyata memerah. Langsung saja ia membawa tangan Ilya menjadi dekat dengan bibirnya untuk di tiup.

"Masih sakit?" Tanya Damar memastikan kalau pergelangan tangan Ilya sudah baik-baik saja.

Ilya menggeleng, dengan perasaan canggung, Ilya menjauhkan tangannya dari Damar.

"Maaf y-"

"Maaf, maaf! Nggak usah di maafin orang kayak dia, Yaya, percuma,"

"Mending kita pergi ke kantin, aku mau traktir kamu makanan, mau?"

Ilya mengangguk cepat, Lion tersenyum, ia mengusap kepala Ilya dan membawanya pergi dari hadapan Damar.

~⚔️~

Jam pulang sekolah sudah berbunyi 25 menit lalu, tapi Ilya baru saja keluar dari kelasnya karena ia tengah menghindar dari Damar, Ilya bernafas lega saat melihat situasi sekolah yang sudah sepi. Dengan langkah sedikit lebar, Ilya berjalan melewati koridor sekolah, ia sedikit menyipitkan matanya ketika merasa ada beberapa orang yang berjalan menghampirinya.

DAMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang