DAMARA | 38

252 27 12
                                    

Enjoy my story^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Enjoy my story^^

~⚔️~

Sepulang dari Mal tadi, Ilya langsung masuk ke dalam kamarnya, tak lupa juga ia mengunci kamarnya karena saat ini Ilya sedang ingin sendiri, tanpa mau di ganggu oleh siapa pun. Bi Sari yang melihat Ilya buru-buru masuk ke dalam kamarnya, menjadi bingung sekaligus khawatir.

"Non Ilya?" Ujar Bi Sari lembut sembari mengetuk pintu kamar Ilya pelan.

"Bi, aku lagi gak mau di ganggu," jawab Ilya yang masih menangis.

"Tapi Non-"

"Bi, maaf banget, Ilya bener-bener lagi mau sendiri,"

"Baik Non, kalau butuh apa-apa panggil Bibi aja ya," Bi Sari masih setia berdiri di depan pintu kamar Ilya.

Ilya tak menjawab ucapan Bi Sari, ia malah menangis dengan menyembunyikan wajahnya di balik bantal, berharap kalau tangisannya tak terdengar sampai luar.

"Kenapa Papa tega sama Ilya? Kenapa?"

~⚔️~

Dengan terpaksa Damar kembali ke rumah milik Ayahnya, karena ia lupa membawa foto Bunda nya yang ada di dalam kamarnya.

Damar membuka pintu rumah cukup kuat, membuat Abian yang sedang membaca Email lewat Tab nya memandang Damar dengan wajah tak suka.

"Baru inget jalan pulang apa gimana?" Tanya Abian sembari berdiri dan menaruh Tab yang tadi ia pegang di atas meja.

Damar melirik Ayah nya sekilas, lalu pergi ke kamarnya tanpa menjawab pertanyaan yang Abian lontarkan padanya.

Tiba di dalam kamarnya Damar di buat terkejut karena dekorasi kamarnya di ubah, dan foto dirinya tengah memeluk Tania pun tidak ada. Damar mengepalkan tangannya kuat-kuat, ia keluar dari kamarnya untuk menghampiri Abian.

"Dimana foto Damar sama Bunda?!" Tanya Damar penuh amarah pada Abian yang sedang bersama Rania, alias istri barunya.

"Kamu ngomong apa sih? Foto apa?" Bingung Abian.

"Siapa yang berani sentuh foto Damar? Dan siapa yang ubah kamar Damar?"

Abian melirik Rania di sampingnya, Rania yang sudah ketakutan mendengar kemarahan Damar mengangkat tangannya dengan ragu ragu.

Damar mengangkat salah satu sudut bibirnya. "Udah gue duga," gumam Damar.

"Jangan mentang mentang anda sudah jadi Nyonya di rumah ini, anda jadi bersikap seenaknya. Sudah saya bilang, sekali pun anda kembaran bunda saya, dan sudah menikah dengan Ayah saya, jangan harap anda bisa menggantikan sosok Bunda di hati saya. Karena bagi saya, Bunda saya cuma satu, yaitu Bunda Tani-"

Plak!

Abian menampar pipi mulus Damar, tamparan Abian rasanya sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Damar sewaktu masih tinggal di ru mah ini.

DAMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang