DAMARA | 44

235 25 15
                                    

~⚔️~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~⚔️~

Sore hari jalanan aspal ibukota di lapisi oleh air hujan yang sedari siang tadi mengguyur kota Jakarta. Ilya menatap rintikan hujan lewat jendela kamarnya sembari menompang dagu menggunakan tangan kanannya. Hujan-hujan seperti ini paling enak kalau makan yang hangat-hangat, seperti mie rebus mungkin, yang di tambah telur dan potongan cabai rawit di dalamnya, pasti sangat enak kan? Oke jangan di bayangin lagi, nanti malah tambah laper!

Ilya begitu asyik menikmati suasana hujan, sampai ia tidak menyadari kalau ia tengah mimisan, melihat ada darah menetes, Ilya meringis pelan, kenapa akhir-akhir ini mimisannya jadi lebih parah? Sepertinya Ilya harus membicarakan ini kepada Bi Sari.

Kebetulan sekali, saat Ilya ingin menemui Bi Sari, Bi Sari malah datang ke kamarnya dengan membawa segelas susu cokelat. Bi Sari meletakkan nampan berisi segelas susu cokelat itu di atas meja ketika melihat Ilya tengah menghapus darah dari hidungnya.

"Non," Bi Sari mengambil tempat tissue dan ia berikan pada Ilya.

"Ini udah kedua kalinya Non Ilya mimisan dalam sehari loh, nggak mau periksa aja ke dokter?" Ilya menggeleng, meyakinkan Bi Sari kalau keadaannya baik-baik saja.

"Nggak usah Bi, lagi pula Ilya masih kuat kok,"

"Tapi, Non-"

"Bi, Ilya nggak apa-apa," Bi Sari menghela nafasnya berat, ia hanya bisa pasrah dan selalu berdoa agar Ilya selalu di beri kesehatan.

"Oh iya Non, di bawah ada Den Lion,"

"Beneran, Bi?" Bi Sari menangguk.

Ilya berlari keluar dari kamarnya, membuat Bi Sari berteriak mengingatkan Ilya untuk tidak berlari. Lion yang tadi sedang bermain ponsel, memasukkan ponselnya saat melihat Ilya datang. Keningnya berkerut melihat ada bekas darah di hidung Ilya.

"Mimisan lagi?" Tanya Lion.

Ilya malah menjawabnya dengan cengegesan.

"Ikut aku yuk, ke Singapura, kita berobat di sana, biar kamu sembuh,"

Ilya menggeleng. "Jangan. Umur aku emang udah nggak lama lagi, percuma kalau berobat juga,"

"Yaya, aku nggak suka kamu ngomongin kayak gitu, apa salahnya mencoba? Aku ada kenalan Dokter kanker terbaik di sana, kamu pasti sembuh," Ilya tersenyum, kemudian ia tetap menggelengkan kepalanya.

~⚔️~

Di sebuah apartemen megah, seorang remaja laki-laki tengah menatap cermin yang menampilkan wajah tampan nya, ia merasa kurang percaya diri kalau nanti di sandingkan dengan kekasihnya. Malam ini rencananya ia akan mengajak kekasihnya itu untuk makan malam bersama Kakek dan Neneknya di rumah mewah milik mereka.

Seperti biasa, Damar selalu merasa tidak percaya diri, padahal penampilannya sudah sekeren Joshua Honeycutt loh, masih aja nggak pede, dasar Damar!

DAMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang