DAMARA | 51

265 30 10
                                    

~⚔️~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~⚔️~

Mata elang Damar tak henti-hentinya menatap Ilya yang sepertinya kurang nyaman dalam istirahatnya. Cowok pewaris tunggal aset-aset milik keluarga Megantara itu memilih untuk menghampiri Ilya.

Di usapnya rambut Ilya, membuat sang empedu membuka matanya. "Kamu butuh sesuatu? Hm?" Tanya Damar.

"Bantu aku jalan ke toilet, aku lemes banget," Damar mengangguk, ia malah menggendong Ilya ala bridal style ke arah kamar mandi, dan menunggu kekasihnya itu di luar.

Ilya yang sudah tidak kuat lagi menahan rasa mual di perutnya, langsung saja mengeluarkan apa yang mau ia muntah kan.

Terdengar dari luar toilet, suara Ilya yang tengah muntah, membuat Damar manjadi panik sekaligus khawatir. Damar mengetuk pintu toilet, tapi tidak di hiraukan oleh Ilya, karena takut Ilya kenapa-kenapa di dalam toilet, Damar ikut masuk ke dalam dengan ke adaan pintu toilet terbuka.

Di lihatnya Ilya yang tengah bersandar lemas pada dinding toilet, tak lupa dengan wajah pucat nya yang belakangan ini sering menghiasi wajah cantiknya.

"Are you oke?"

Ilya mengangguk dan tersenyum pada Damar. "Aku panggil dokter ya?"

"Nggak usah, Mar, kata dokter ini efek samping dari kemoterapi tadi,"

Walau Ilya sudah mengatakan pada Damar kalau keadaannya baik-baik saja, tetap saja Damar merasa aneh kalau Ilya sedang menyembunyikan sesuatu padanya.

"Mau balik ke tempat tidur?"

"Boleh," Damar kembali menggendong Ilya lalu membawanya keluar dari toilet.

Setelah membaringkan Ilya dan duduk di samping tempat tidur pasien milik sang pacar, Damar mengelus punggung tangan Ilya dan menatap lekat wajah cantik Ilya.

"Jujur sama aku, kamu sakit apa?" Tanya Damar to the point.

"Aku mohon, kamu jawabnya jujur,"

Ilya menghela nafasnya berat, apakah ini saatnya ia jujur pada Damar tentang sakit yang sedang ia derita?

"Kamu harus janji sama aku, setelah kamu tau, kamu jangan tinggalin aku. Aku udah terlanjur sayang sama kamu, Mar," Damar mengangguk, menyetujui ucapan Ilya.

Ilya meneteskan air matanya sebelum memberitahu Damar, membuat Damar semakin bertanya-tanya pada dirinya sendiri, sebenarnya penyakit apa yang Ilya sembunyikan darinya?

"Jangan nangis, aku janji nggak akan tinggal kamu," Damar mengusap air mata Ilya, membuat Ilya semakin yakin kalau Damar tidak akan meninggalkan seperti Haidar dulu.

"Aku kena kanker darah, Mar. Udah stadium tiga," ucapan Ilya bagaikan mimpi buruk baginya, Damar berharap kalau ini hanyalah mimpi. Ia tidak mau di tinggal untuk yang kedua kalinya oleh orang yang ia sayang dengan penyakit yang serupa.

DAMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang