DAMARA | 61

201 13 28
                                    

~⚔️~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~⚔️~

Hari yang di nanti-nantikan oleh kedua pihak keluarga yang sebentar lagi akan melangsungkan acara pertunangan putra dan putri mereka segera tiba. Karena besok, Damar akan memasuki usia yang ke 17 tahun, sekaligus hari pertunangan Damar dan Janet, namun Damar belum di beritahu soal ini, yang jelas besok malam ia di minta Abian untuk datang ke hotel milik Megantara. Bagi Damar hari kelahiran sama saja seperti hari biasa, tak ada yang special, setelah sang Bunda pergi.

Selesai melaksanakan shalat Isya, Damar melipat sajadah yang tadi ia gunakan dan menaruhnya kembali ke tempat awal. Di liriknya ponsel yang sedari tadi terus berdering membuat Damar menghembuskan nafasnya kasar setelah tahu kalau Abian yang menelponnya. Dengan malas, Damar menerima sambungan ponsel itu.

"Besok malam jangan lupa,"

"Di Grand Megantara Hotel," lanjut Abian sebelum akhirnya Damar mematikan telepon secara sepihak.

~⚔️~

Kedatangan Gerry mendadak membuat heboh teman-temannya yang kini tengah berkumpul di kediaman Gerald. Bagaimana tidak membuat heboh? Kedatangannya kali ini, Gerry mendorong motor supra x model lama yang entah milik siapa dan dalam keadaan bajunya yang basah kuyup juga. Melihat keadaan Gerry, membuat Al dan Sebastian menatap Gerry miris.

"Ngapa lo mali?" Tanya Al saat Gerry sudah masuk ke dalam rumah.

"Teh anget dong tolong, gue nggak mau ya di pesta nya Damar nanti gue malah masuk angin," ucap Gerry seenak jidat.

"Teh anget doang nih? Gorengan nya nggak sekalian?" Usul Arslan.

Gerry tampak berpikir sejenak dan tak lama ia langsung mengangguk.

"Dasar temen nggak ada sopan santuy nya!" Kesal Al.

"Santun Ucup!" Koreksi Sebastian.

"Nah iya tuh, santun. Tengkyu Bestih," ucap Al.

Berbeda dengan teman-temannya yang sedang asyik mengobrol, Arslan justru sedang fokus memainkan ponselnya, membuat teman-temannya kepo, apalagi Gerry, Al, dan Sebastian.

"Nggak usah kepo jadi orang," ucap Steven sembari mengusap mata Gerry dengan tangannya yang kebetulan habis memegang cabai, bisa kebayang kan, perihnya kayak gimana?

Gerry mengedip-ngedipkan kedua matanya karena perih. "Nggak usah genit, Ger, di sini laki semua," ucap Gerald.

"Pen, tangan lu abis pegang apaan dah? Mata gue perih njir,"

Steven yang baru teringat langsung meminta maaf pada Gerry. "Sorry, Ger, tadi gue abis pegang cabe,"

"An, eh. Astagfirullah, lain kali jangan gitu ya bestih," ucap Gerry sebelum pergi ke kamar mandi untuk mencuci matanya.

"Guys, Damar mau ke sini!" Seru Arslan.

"Akhirnya perbaikan gizi lagi," ucap Al bersyukur.

"Temen yang modelan nya kayak gini nih, yang harus di basmi," ucap Sebastian sembari menggelengkan kepalanya.

DAMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang