"Hadir, tapi tak menjadi takdir." Damara Megantara.
~⚔️~
Damara Megantara, pemuda tampan yang kini duduk di bangku SMA kelas 2 di salah satu sekolah favorit di kotanya, yakni SMA Wirmandala. Pemuda yang acap kali di sapa Damar ini merupakan salah sa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
~⚔️~
Damar dan Ilya sedang berada di jalan pulang, acara mereka selesai pada pukul 7, dan setelah itu banyak dari mereka yang memutuskan untuk pulang. Begitupun dengan Damar dan Ilya.
"Iya, lo capek nggak? Kalo enggak mau gue ajakin ke pasar malem,"
"Iya, emang udah malem,"
Damar menghentikan motornya sejenak karena merasa tidak beres dengan obrolannya. Ia melirik ke arah Ilya sembari membuka sedikit kaca helm full face nya.
"Lo capek nggak?" Tanya Damar ulang.
"Oh, capek. Gue kira lo tanya gue suka tape nggak,"
Damar menyentil pelan kening Ilya. "Dasar bolot," cibir Damar.
"Enak aja! Siapa suruh ngajak ngobrol di jalan?" Jawab Ilya tak terima.
"Iya, iya, gue yang salah. Sebagai permintaan maaf, gimana kalo kita ke pasar malem?"
Mata Ilya berbinar binar mendengar kata pasar malam. Sudah lama sekali Ilya tak pergi ke sana, terakhir saat dirinya masih kelas 5 SD, itu pun hanya sebentar.
Ilya mengangguk tanpa ragu, Damar tersenyum kecil, ia kembali menutup kaca helm nya sebelum melanjutkan perjalanan lagi.
~⚔️~
Setelah memarkirkan motornya, Damar masuk menyusul Ilya yang sudah lebih dulu masuk ke dalam pasar malam.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Yuk. Lo mau coba permainan apa?"
"Bilang Lala!" Tanpa menunggu jawaban dari Damar, Ilya langsung menarik tangan cowok itu dan membawanya ke tempat bianglala.
Sebelum masuk ke dalam bianglala, tiba-tiba saja wajah Damar dipenuhi oleh keringat, ditambah tangannya yang mendadak dingin.
"Damar, ayok!" Ucap Ilya yang sudah duduk di dalam bianglala.
