DAMARA | 77

157 15 8
                                    

Happy Reading

Mita meraba ponsel yang berada di sebelah bantalnya, padahal masih pagi pagi buta kenapa ponselnya begitu berisik sekali.

Mita mengusap-usap matanya dan duduk sebelum membaca isi pesan yang membangunkan tidurnya di hari libur sekolah, padahal rencananya ia mau tidur sampai siang dan sore harinya menjenguk Ilya, setelah kemarin tidak jadi karena hujan yang begitu lebat dan membuatnya terpaksa harus mengundur waktu untuk menjenguk sahabatnya itu.

𝐆𝐑𝐔𝐏 𝐒𝐌𝐀 𝐖𝐈𝐑𝐌𝐀𝐍𝐃𝐀𝐋𝐀

Pak Paidi :

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Innalillahi wa innalillahi rojiun, telah berpulang teman kita, Sabillya Syakira tadi malam di rumah sakit Medika Jaya. Jika selama hidupnya Ilya memiliki kesalahan yang di sengaja ataupun tidak mohon dimaafkan, dan semoga almarhumah diterima disisi Tuhan yang maha Esa, aamiin.

70 pesan belum dibaca

Dada Mita tiba-tiba sesak setelah membaca pesan dari wali kelasnya, tak lama Gerry menelponnya dan Mita langsung mengangkat telepon dari Gerry.

"Ta, udah baca grup?" Tanya Gerry dengan suara lemas.

Mita diam saja, ia menatap lurus ke dalam dengan mata yang sudah mengeluarkan air.

"Ta, aku sama yang lain mau ke rumah Ilya, kamu mau ikut?"

"G-Ger, yang Pak Paidi bilang itu bohong kan?"

"I-Ilya nggak mungkin meninggal, kan?" Kali ini Gerry yang terdiam, ia tau apa yang tengah Mita rasakan, Mita pasti sangat kehilangan sosok sahabat baiknya itu.

"Aku jemput ya, kita ke rumah Ilya sama-sama," ucap Gerry sebelum mematikan teleponnya.

Setelah selesai bertelepon dengan Gerry, Mita malah menangis sejadi-jadinya, Ilya, sahabat yang Mita anggap seperti saudaranya sendiri kini sudah tidak ada, Mita harap ini hanya mimpi buruk di pagi hari, Mita tak ingin ini benar-benar terjadi.

"Lo kuat, Ya. Gue nggak percaya lo nggak ada,"

~⚔️~

Suasana hening melanda markas Ardegas, tempat yang biasa bising dengan suara tawa dan nyanyian, kini hanya terdengar suara jarum jam yang berdetak.

"Masih nggak percaya gue," ucap Gerald dengan tatapan kosong.

"Iya sama. Namanya umur nggak ada yang tau, mau masih muda, udah tua, kalo emang udah ajalnya ya kita nggak bisa apa-apa," ucap Al yang duduk tepat di sebelah Gerald.

"Gimana perasaan Damar pas dia tau kalo Ilya udah nggak ada, ya?" Seketika itu mata teman-temannya langsung menuju pada Gerry.

"Gue yakin dia pasti hancur banget," lanjut Gerry.

Arslan menghela nafasnya sedikit sesak, benar apa yang di katakan Gerry barusan, Damar pasti akan merasa sangat hancur ketika mendengar berita tentang Ilya. Arslan tidak mau Damar kembali seperti Damar beberapa tahun lalu, setelah ia ditinggal oleh Tania untuk selamanya.

Arslan melirik ponselnya yang ia letakkan di atas meja karena mendengar suara berdering.

Chalis is calling...

DAMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang