DAMARA | 72

375 24 8
                                    

Saat ini Damar dan Ilya tengah berada di sebuah taman yang di tumbuhi oleh banyak bunga bunga cantik, keduanya duduk di bangku taman berwarna putih dengan saling berhadapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat ini Damar dan Ilya tengah berada di sebuah taman yang di tumbuhi oleh banyak bunga bunga cantik, keduanya duduk di bangku taman berwarna putih dengan saling berhadapan.

Damar menyelipkan bunga yang baru saja ia petik di daun telinga Ilya. "Cantik banget," ucap Damar kagum.

Ilya tersipu malu, bahkan ia sampai merasa pipinya memanas. "Apaan sih kamu,"

"Maksud aku, bunganya yang cantik," seketika itu ekspresi Ilya yang tadi tersipu malu berubah menjadi cemberut.

Ia membalikkan badannya sehingga tak lagi berhadapan dengan Damar. Damar tersenyum melihat wajah Ilya yang menurutnya sangat menggemaskan ketika sedang merajuk padanya.

"Bunganya yang cantik, setelah ada di sini," ucap Damar sembari membelai rambut Ilya.

"Jadi siapa yang cantik?" Tanya Ilya masih dengan wajah cemberut.

"Pastinya kamu dong," perlahan Ilya kembali tersenyum, Damar yang sudah tidak tahan dengan Ilya, mencubit gemas pipi gadis di hadapannya itu.

Ilya dan Damar kembali tertawa dan bercanda bersama, hingga datanglah seorang perempuan setengah paruh baya menghampiri keduanya.

"Amar," ucap perempuan setengah paruh baya itu menyapa Damar.

Damar meliriknya pandangannya ke arah sumber suara, dan betapa terkejutnya ia saat melihat sang Bunda lah yang tengah berdiri di hadapannya sembari tersenyum.

Damar mengedipkan kedua matanya beberapa kali untuk memastikan kalau wanita di hadapannya ini benar-benar Tania, Bunda nya.

"Bu-Bunda?" Tanya Damar tak percaya.

Tania mengangguk sembari membuka kedua tangannya lebar. Damar berdiri dari duduknya dan menghampiri Tania, ia memeluk wanita itu erat-erat, seolah sedang meluapkan semua kerinduannya selama ini pada Tania.

"Bunda kangen banget sama anak satu-satunya Bunda ini. Amar sekarang udah semakin besar dan semakin tampan ya," ucap Tania lembut.

"Amar juga kangen sama Bunda. Kenapa Bunda nggak ajak Damar juga ke tempat Bunda?"

Tania melepaskan pelukannya bersama Damar. "Karena belum saatnya kamu ikut Bunda. Damar harus jadi anak yang kuat, sabar, pemaaf, dan pemberani seperti apa yang udah Amar janjikan sama Bunda dulu,"

"Amar minta maaf soal perjodohan, Amar nggak bisa turutin apa yang Bunda mau,"

Tania menggeleng. "Nggak masalah sayang, Bunda akan bahagia kalau anak Bunda juga bahagia,"

Damar akhirnya tersenyum. "Oh iya, Bun. Perempuan cantik yang duduk di sana itu pacar aku, namanya Sabil," Damar menunjuk ke arah Ilya yang masih duduk di bangku tadi.

"Sabil?" Tanya Tania.

Ilya menghampiri Damar dan Tania, ia mencium tangan Tania dan berdiri di samping Damar. "Halo Tante, nama aku Sabillya Syakira. Di panggil Ilya, tapi Damar selalu panggil aku Sabil," Ilya memperkenalkan dirinya pada Tania.

DAMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang