DAMARA | 76

328 30 13
                                    

Pagi yang cerah, tapi tak secerah hati Damar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi yang cerah, tapi tak secerah hati Damar. Damar menjadi lebih pendiam sejak ia di nyatakan buta oleh dokter, dan membuat Abian cemas karena melihat Damar yang hanya mau berdiam diri saja di ruangannya.

Saat ini Damar tengah duduk di atas kursi rodanya menghadap jendela dengan di bantu oleh suster, dan setelah selesai membantunya Damar langsung meminta suster tadi keluar dari ruangannya.

Damar seolah tak punya tujuan hidup lagi, tapi di satu sisi ia masih ingin bersama dengan Ilya lebih lama lagi. Damar juga ingin memulai hubungannya dengan Ilya dari awal.

"Aku kangen kamu, Bil. Kangen banget," ucap Damar lirih.

Damar sangat merindukan kekasihnya itu, apalagi senyumannya Ilya yang membuat hidupnya lebih berwarna. Tapi dengan kondisinya yang seperti sekarang ini, apa Damar masih bisa melihat senyuman indah itu lagi?

"Tunggu aku, sampai aku sembuh ya. Nanti kita mulai hubungan kita dari awal lagi,"

~⚔️~

Gerry duduk di samping Mita yang sedang sedih, ia rindu dengan Ilya yang ± sudah seminggu tak masuk sekolah karena masih berada di rumah sakit, dan semalam ia di kabari oleh Bi Sari kalau kondisi Ilya memburuk.

"Ta, jangan diem aja dong," ucap Gerry yang sedari tadi kehadirannya seolah tak di anggap oleh Mita.

"Ilya, Ger," Mita menghadapkan wajahnya yang kini sudah berurai-kan air mata ke arah Gerry.

"Eh, jangan nangis. Ilya bakal baik-baik aja kok, nanti pulang sekolah gue anterin lu ke rumah sakit. Oke?" Ucap Gerry seraya mengusap air mata Mita menggunakan sapu tangan miliknya.

"Gue nggak mau Ilya kenapa-kenapa. Ilya itu bukan cuma sahabat doang, tapi dia udah kayak saudara gue sendiri," Gerry mengangguk paham. Walaupun tingkahnya agak minus, tapi Gerry tau apa yang sedang Mita rasakan.

Gerry meletakkan tangannya di atas tangan Mita. "Percaya sama gue, Ilya pasti sembuh dan dia bakal sekolah lagi kayak dulu," Mita mengangguk.

"Makasih ya,"

"Makasih? Untuk?"

"Makasih selalu ada buat gue,"

Gerry tersenyum tipis mendengar itu. "Jangan sungkan. Selagi gue bisa, gue bakal ada buat lu,"

"Ger," panggil Mita.

Kini keduanya saling bertatap, seperti biasa, saat berhadapan dengan Mita jantung Gerry selalu berdetak begitu cepat.

"I-iya?" Ucap Gerry gugup.

"Gue mau kasih lu jawaban soal pertanyaan minggu kemarin?" Seketika itu Gerry langsung teringat, ia pun menegakkan posisi duduknya seolah sangat menunggu ucapan Mita selanjutnya.

"Ya. Jadi jawaban lu apa?" Tanya Gerry yang begitu tak sabar.

"Aku mau balikan lagi sama kamu," ucap Mita tanpa ragu.

DAMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang