DAMARA | 49

218 24 5
                                    

~⚔️~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~⚔️~

Damar menggenggam tangan Ilya di sepanjang jalan menuju kelas mereka, setelah dua hari berada di rumah sakit, Ilya meminta pulang, tapi kalian kan tau kalau Ilya itu keras kepala, bukannya istirahat seperti yang dokter Danu anjurkan, Ilya malah pergi ke sekolah.

"Muka kamu pucet banget," ucap Damar sembari menengok ke arah Ilya.

"Kan, kata aku juga apa, jangan keluar rumah sakit dulu,"

Ilya mengentikan langkahnya, membuat Damar juga ikut berhenti. "Kalo aku di rumah sakit terus, aku nggak betah, Mar,"

"Ya udah, kita ke kantin dulu ya, beli makan buat kamu," Damar kembali menggenggam Ilya dan membawanya ke kantin.

"Aku udah makan loh, kamu nggak liat tadi?"

"Liat, tapi tadi kamu makannya kurang banyak,"

"Amar, aku masih kenyang tau,"

"Oke, kita beli susu kotak aja," kali ini Ilya menyetujui ucapan Damar.

"Dua ya!" Seru Ilya.

"Baru dua, kamu minta aku buat beliin susu kotak sepuluh ribu pun aku sanggup," ini nih, yang Ilya tak suka dari Damar, orangnya berlebihan, udah gitu nyebelin pula.

Pluk

Ilya menepuk lengan Damar. "Dua aja! Nggak usah berlebihan," Damar hanya cengengesan.

"Iya tuan putri,"

~⚔️~

Damar memberikan Ilya susu kotak coklat yang sudah ia buka sebelumnya.

"Makasih, sayang," ucap Ilya dan langsung meminum susu kotak pemberian Damar.

Damar yang tak biasa dengar Ilya memanggilnya dengan sebutan sayang pun senang bukan main. "Tadi kamu bilang apa? Makasih apa?" ucap Damar tengil.

"Nggak ada siaran ulang,"

Damar yang tadi sudah semangat 45, mendadak lemas, Ilya tersenyum kecil melihat perubahan sikap Damar. "Dasar, gitu aja ngambek," ledek Ilya.

Damar melipat kedua tangannya, dan sedikit membalikkan badannya. "Uluh uluh, ngambek nih ceritanya," Ilya menggeletiki Damar, tapi semuanya sia-sia, Damar tak berasa geli sedikit pun, Ilya jadi ragu kalau di dalam tubuh Damar ada besinya.

"Sayang ngambek?" Tanya Ilya yang masih tak di respon oleh Damar, sepertinya Ilya harus ekstra sabar menghadapi pacarnya ini.

Diam-diam Damar tersenyum mendengar ucapan Ilya, sebenarnya ia tidak marah, hanya berpura-pura saja.

Ilya memeluk Damar dari belakang, untunglah di kantin hanya ada mereka berdua, sehingga Ilya tidak malu, sepertinya mereka datang terlalu pagi, bahkan beberapa penjual saja belum buka.

DAMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang