DAMARA | 42

280 26 2
                                    

~⚔️~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~⚔️~

Setelah 3 hari berada di rumah sakit, akhirnya Ilya di izinkan pulang, walau awalnya Damar selalu melarangnya untuk pulang, karena Damar takut sampai terjadi apa-apa lagi dengan Ilya, tapi karena dokter sudah membolehkan Ilya pulang, Damar pun menyetujuinya.

Kini keduanya sedang ada di dalam perjalanan pulang menuju rumah Ilya, sejak kejadian mimpi buruk kemarin, Damar jadi tidak bisa jauh dengan Ilya, bahkan sekarang, tangan kanannya ia buat memegang setir mobil, sedangkan tangan kirinya ia buat untuk menggenggam tangan Ilya. Tentunya hal ini membuat Ilya bertanya-tanya pada dirinya sendiri, sebenarnya Damar kenapa?

"Kamu kenapa sih?" Bingung Ilya melihat sikap Damar.

Pasti menggeleng, kebiasaan banget kalo di tanya jawabnya kayak gitu, batin Ilya kesal.

Dan benar saja, Damar menggelengkan kepalanya, melirik Ilya sekilas lalu kembali lagi melirik ke arah depan, menatap jalan yang tak begitu ramai oleh kendaraan.

Ilya mendengus sebal, ia melepaskan tangannya dari genggaman tangan Damar, tapi tak lama kemudian Damar kembali membawa tangan Ilya ke dalam genggamannya lagi.

"Kenapa kesel?" Tanya Damar.

"Pikir aja sendiri." Jawab Ilya ketus.

Damar tertawa kecil, ia mengusap rambut Ilya. "Maaf ya. Aku nggak apa-apa, emangnya nggak boleh pengen manja sama pacar sendiri?"

"Nggak boleh! Kalo mau manja-manjaan itu harus sama yang udah halal,"

Damar mengangguk paham. "Kamu mau aku halalin?" Ucapnya tanpa beban.

"Sekolah dulu Mas, yang bener,"

"Kamu nyindir aku karena suka bolos?" Tanya Damar tak suka.

"Bagus deh kalo ngerasa," ucap Ilya sembari tersenyum lebar.

Damar melepaskan tangan dari tangan Ilya, ia kini hanya menatap ke arah depan dengan bibir manyun. Melihat itu membuat Ilya tersenyum kecil, dasar Damar, luarnya saja terlihat ketus, dan galak, tapi aslinya seperti Hello Kitty.

Ilya menyandarkan kepalanya di bahu Damar, awalnya Damar melirik Ilya, tapi tak lama, ia kembali fokus pada jalanan.

"Nggak boleh manja-manjaan sama yang belum halal," ucap Damar dingin.

"Oh, ya udah kalo gitu," Ilya merubah posisinya, kini ia bersandar di pintu mobil.

"Bercanda ih, sini," Damar menuntun Ilya untuk bersandar pada bahunya lagi.

"Dasar Damarese! Tukang ngambek lagi,"

"Untung aku sayang," lanjut Ilya.

Damar tersenyum, entah ini sudah ke berapa kalinya ia tersenyum dalam satu hari, yang pasti kalau sedang bersama Ilya, ia merasa sangat bahagia!

DAMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang