DAMARA | 36

263 26 13
                                    

~⚔️~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~⚔️~

"Jari kamu kenapa? Kena pisau?" Ilya melihat jari telunjuk Damar lebih dekat, dapat di lihat kalau lukanya masih sedikit mengeluarkan darah.

"Sakit nggak?" Tanya Ilya khawatir.

"Enggak, apaan luka kayak gini doang mana sakit,"

Ilya berdecak, ia mengambil kotak P3K di dalam laci samping tempat tidurnya. "Duduk," titah Ilya. Damar duduk di hadapan Ilya, namun sebelum itu ia menaruh bubur buatannya di atas meja.

"Mau sekecil apapun lukanya harus tetep di obtain, biar nanti gak infeksi dan gak meninggalkan bekas," jelas Ilya sembari memberi alkohol pada luka di tangan Damar.

Mata Damar tak pernah lepas dari Ilya yang sedang mengobati lukanya, Damar jadi gemas sendiri pada Ilya kalau sedang memarahinya.

"Dah, selesai," sebagai penutup, Ilya memberikan plester pada luka di jari telunjuk Damar.

"Hello kitty?" Tanya Damar saat melihat plester yang menutupi lukanya bergambar karakter kartun kucing yang sangat di gemari oleh kebanyakan anak kecil perempuan itu.

"Lucu kan?" Tanya Ilya dengan wajah menggemaskan.

"Lebih lucu yang obtain lukanya," Damar mencubit pelan hidung Ilya.

"Oke, sekarang waktunya tuan putri makan," Damar mengambil bubur buatannya tadi dan mulai menyuapi Ilya dengan begitu telaten sampai buburnya habis.

~⚔️~

Siang harinya Damar memutuskan untuk pulang.

"Maaf ya, gara-gara aku sakit kita gak jadi pergi," ucap Ilya pada Damar yang sudah ingin pulang.

"Nggak apa-apa, lagian kamu kan lagi sakit, dan sakitnya juga karena aku yang gak tepatin janji sama kamu," Ilya mengangguk.

"Ya udah, aku pulang dulu ya, kalo kamu butuh apa-apa hubungin aku,"

"Iya, Amar. Kamu pulangnya hati-hati ya, kalo udah sampai kasih tau aku,"

"Siap ibu negara,"

"Apaan sih kamu," ucap Ilya menahan malu.

Damar cekikikan, ia membawa Ilya ke dalam dekapannya dan mengecup puncak kepala Ilya. Tanpa Damar sadari kalau Ilya sedang berusaha menahan tubuhnya untuk tidak jatuh karena kakinya gemetar.

"Aku pulang ya,"

"I-iya, dah,"

Damar berjalan ke arah motornya, ia menaiki motornya dan tak lupa juga memakai helm. Saat Damar ingin menjalankan motornya, ponsel nya berbunyi, ia merogoh kantung celana levis hitamnya, mengambil ponselnya itu. Di lihatnya ternyata Janet yang mengirimkannya pesan.

DAMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang