DAMARA | 59

241 19 3
                                    

~⚔️~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~⚔️~

Di sebuah rumah besar dan mewah terpadat dua orang pria yang umurnya sudah menginjak 40 tahun lebih tengah membahas soal perjodohan yang akan di lakukan anak-anak mereka. Ya, dua orang pria tersebut adalah Abian dan juga Gunawan.

"Gimana perjodohannya kita adakan dua hari setelah mereka pulang camping?" Usul Gunawan.

"Ide bagus, kebetulan tanggal pertunangannya sama kayak tanggal ulang tahunnya Damar. Saya jadi nggak sabar sama acaranya," ucap Abian sembari membayangkan acara pertunangan Damar dan Janet nantinya.

"Saya juga, akhirnya sebentar lagi anak kita tunangan ya,"

~⚔️~

Sejak keduanya berbaikan, baik Damar ataupun Ilya tak bisa jauh dari satu sama lain, keduanya bagaikan perangko. Steven yang melihat kedekatan Damar dan Ilya merasa senang, setidaknya walaupun ia tidak bisa memiliki Ilya, Steven kan masih bisa menjadi temannya Ilya?

"Mar," Ilya mendongakkan kepalanya untuk bisa melihat wajah Damar.

"Hm?"

"Aku minta kamu balik lagi ya, ke Ardegas," pinta Ilya.

Bukannya menjawab, Damar justru malah memainkan rambut panjang kekasihnya itu.

"Amar!" Ucap Ilya dengan sedikit rengekan karena Damar tak merespon ucapannya.

"Iya, nanti aku pikir-pikir lagi," ucapnya membuat hati Ilya merasa sedikit tenang.

Jujur saja Ilya merasa bersalah saat ia tahu alasan Damar yang mengundurkan diri dari jabatannya sebagai wakil Ardegas adalah karenanya. Karena Ilya, Damar jadi bermusuhan dengan teman-temannya, yang lebih mengenal Damar dari pada dirinya.

"Ke sana yuk, udah jam nya makan siang," Damar mengajak Ilya ke tempat yang nantinya akan di jadikan sebagai tempat makan siang dari para siswa SMA Wirmandala.

Ilya mengangguk. Damar yang sudah lebih dulu berdiri dari posisi duduknya, membantu Ilya untuk berdiri dengan cara menarik tangan Ilya lembut. Setelah itu, Damar dan Ilya pergi ke tempat yang tadi Damar maksud.

Setibanya mereka di sana, Ilya sudah melihat Mita yang tampak risi karena Gerry selalu mendekatinya. "Ger, jauh-jauh sana," usir Mita, tapi Gerry malah makin nempel padanya.

"Coba, Mit, bacain ayat kursi, siapa tau si Gerry pergi," usul Al.

"Lo pikir gue syaiton?!" Tanya Gerry sewot.

"Kalo nggak merasa, jangan sewot dong," ucap Steven.

"Tau Gerry salut," lanjut Sebastian.

"Honey, aku di buli terus tuh sama mereka, sakit hati aku mah," adu Gerry pada Mita.

"Nyenyenye! Geli gue dengernya," kesal Gerald yang sudah tidak bisa ia tahan lagi.

"Ya, jangan di dengerin kalo geli mah," ucap Gerry.

DAMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang