Bab 3483

4.5K 54 3
                                    

Di larut malam itu, iring-iringan kendaraan Kerajaan Eropa Utara berpacu melintasi jalan raya.

Pesawat Concorde telah siap untuk lepas landas segera setelah Charlie tiba di bandara.

Saat ini, waktu menunjukkan pukul satu pagi di Eropa Utara, dan pukul tujuh pagi waktu Oskia.

Jika semua berjalan dengan lancar, Charlie akan tiba di Eastcliff pada siang hari, dan setelah mendarat, dia akan pergi ke Gunung Wintry sesegera mungkin untuk berurusan dengan anggota cabang keluarga Wade yang melarikan diri sebelumnya.

Di dalam mobil, Helena duduk di samping Charlie.

Pada saat ini, Helena merasa begitu gelisah jauh di lubuk hatinya. Dia terkadang mencuri pandang ke arah Charlie dan kadang menatap langit malam Eropa Utara yang berada di luar jendela mobil. 

Kadang bibirnya yang merah merona terkatup rapat, dan terkadang ia juga tidak bisa menahan diri untuk menggigit bibirnya dengan giginya yang putih berseri.

Setelah ragu-ragu lagi dan lagi, dia akhirnya berbicara dengan lembut, "Tuan Wade, sebenarnya, Eropa Utara terlalu kecil dibandingkan dengan Oskia. Populasinya bahkan tak sampai sepertiga Kota Eastcliff..."

Charlie tersenyum dan berkata, "Memang agak terlalu kecil, tapi itu akan segera menjadi kerjaaanmu. Kamu masih sangat muda, dan setidaknya akan memerintah selama lima puluh tahun di masa depan. Kamu dapat melakukan banyak hal dan itu layak untuk dinantikan."

Helena tersenyum getir dan berkata dengan raut serius di wajahnya, "Tuan Wade, izinkan aku memberitahumu, sebenarnya... Sebenarnya, aku tidak begitu tertarik dengan tahta..."

Setelah itu, dia menatap Charlie dan berkata dengan mata memerah, "Tuan Wade, sebenarnya, harapan terbesarku bukanlah mewarisi tahta, tetapi memberi ibuku kehidupan yang baik dan stabil."

"Kamu telah mengasingkan Olivia ke luar negeri, dan keselamatan ibuku sekarang sudah terjamin. Apakah aku bisa menjadi ratu atau tidak, itu tidaklah penting lagi bagiku..."

Charlie sedikit terkejut dan bertanya, "Kamu akan mewarisi tahta dalam tiga hari kedepan. Mengapa kamu tiba-tiba berubah pikiran saat ini?"

Helena mengatupkan bibirnya dan tidak menjawab untuk beberapa lama karena malu.

Kemudian dia menggigit bibirnya dan berkata, "Tuan Wade, aku pikir aku mungkin tidak bisa memainkan peran sebagai seorang ratu. Ketika menjadi ratu, begitu banyak pengorbanan yang harus dilakukan oleh seorang ratu dan juga harus terus berkompromi, dan aku bukan tipe Olivia yang bisa bersikap sangat tegas..."

Charlie mengira Helena hanya gugup, jadi dia menghibur, "Menjadi seorang ratu tentu saja tidak mudah, tetapi juga tidak sesulit yang kamu pikirkan."

"Lagi pula, untuk Eropa Utara, makna simbolismu jauh lebih besar daripada peran yang sebenarnya, dan tidak banyak keputusan yang perlu dibuat olehmu. Bahkan jika kamu tidak bisa mengambil keputusan dengan baik, itu tidak akan mempengaruhi perkembangan Eropa Utara. Jadi, kamu hanya perlu mempertahankan hubungan dengan rakyat dan menunjukkan cintamu kepada mereka. Itu sudah lebih dari cukup."

Helena berbisik, "Sebenarnya...sebenarnya, menurutku... karena nenek sekarang patuh padamu, kamu bisa membiarkannya menjadi ratu untuk beberapa tahun lagi. Dalam hal ini, aku juga bisa memiliki waktu untuk persiapan..."

Charlie memandangnya dan berkata, "Helena, jika kamu ingin benar-benar memiliki hidupmu sendiri, saat ini adalah kesempatan yang harus kamu ambil."

"Kalau kamu tidak dapat beradaptasi, itu wajar, karena sedang di masa transisi. Tapi, jika kamu bahkan tidak bisa mengatasi transisi ini, di masa depan, ketika kamu menghadapi musuh lain seperti Olivia, bagaimana kamu akan menghadapinya?"

Helena terdiam sesaat.

Alasan mengapa dia berubah pikiran saat ini adalah karena iring-iringan kendaraan mereka sudah semakin dekat ke bandara, yang artinya saat perpisahan antara dia dan Charlie juga semakin dekat.

Semakin ia memikirkan ini, semakin ia yakin bahwa dia tidak ingin mengucapkan selamat tinggal pada Charlie.

Dia tidak ingin persimpangan hidupnya dan Charlie berakhir di sini.

Seperti dua garis lurus yang berpotongan, mereka hanya bertemu di satu titik persimpangan, sebelum kemudian bergerak ke arah masing-masing, semakin lama semakin terpisah jauh.

Dia ingin mengubah arah garis takdirnya di titik persimpangan di mana dia bertemu dengan Charlie.

Akan lebih baik kalau dari titik ini, garis takdirnya bisa berjejer erat dengan garis takdir Charlie, sehingga di masa depan mereka selalu saling menemani.

Kata-kata semacam ini serasa tersangkut di tenggorokannya. Berkali-kali dia ingin mengutarakannya, tetapi ia dipaksa kembali menelan keinginan ini.

Bukannya dia tak punya keberanian untuk mengungkapkan isi hatinya kepada Charlie, tetapi dia lebih takut mendapat penolakan sebagai balasannya.

Jika dia menyimpan ketidakpastian ini, setidaknya dia masih memiliki secercah harapan untuk menemaninya menunggu orang yang dicintainya dalam hidup ini.

Charlie Wade - The Amazing Son in Law (Indonesia) Bab 3301-3500Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang