Bab 3380

5.1K 62 5
                                    

Hati Hunter dipenuhi dengan rasa malu dan amarah saat gulungan kertas itu dijejalkan ke dalam mulutnya. Tapi, ia hanya bisa patuh dan mengisap gulungan kertas itu dengan putus asa.

Bagaimanapun juga, asap yang dihasilkan oleh kertas jimat yang dibakar tak akan pernah bisa dibandingkan dengan cerutu Kuba yang penuh cita rasa. Setelah isapan pertama, Hunter langsung tersedak karena asap, dan ia pun terbatuk-batuk seiring air mata dan ingus ke luar berbarengan. 

Charlie menatap tajam kepadanya dan mendengus, "Kenapa kamu sudah kehilangan gaya dan kesombonganmu waktu bicara omong kosong sambil mengisap cerutu dan menghembuskan asapnya kepadaku kemarin?"

Hunter mengingat perilakunya yang penuh kesombongan kemarin dan ia mau tak mau bergidik.

Ketika Charlie menangkap raut ketakutan di wajahnya, ia terus berbicara. "Jangan lupa bahwa kamu juga membunuh salah satu pengawal keluarga Wade dengan menggunakan cerutu! Kalau nyawa harus dibalas nyawa, aku juga harus membunuhmu hari ini!"

Kemudian, Charlie berhenti sejenak sebelum melanjutkan, "Bukankah kamu ingin tetap hidup? Habiskan cerutu ini dulu. Setelah itu, aku akan mempertimbangkan apakah mau mengampuni nyawa busukmu atau tidak. Tapi, jika kamu gagal menghabiskannya, maka maaf, kamu akan jadi orang pertama yang mati di sini hari ini!"

Setelah mendengar hal ini, Hunter jadi begitu putus asa, dan ia rela melakukan segala yang ia bisa agar tetap hidup.

Jadi, ia hanya bisa mati-matian mencoba mengisap gulungan kertas jimat yang tebal itu. Ia benar-benar hampir pingsan karena tersedak asap tebal.

Tapi, Hunter tidak berani melambat atau mengulur waktu. Ia terus berusaha sebisanya menyedot asap itu masuk ke dalam tubuhnya.

Semua anggota Sepuluh Ribu Tentara yang ada di sana hanya bisa terpana. Mereka semua tahu kalau Hunter gemar mengisap cerutu Kuba, tapi siapa yang mengira Hunter akan berada dalam situasi seperti hari ini?

Hunter melakukan segalanya, dan ketika akhirrnya ia berhasil menghabiskan seluruh gulungan kertas jimat itu, Hunter merasa badannya mau ambruk dan mati.

Ketika gulungan kertasnya sudah terbakar sampai hampir habis, bara apinya membakar area di sekitar bibir dan mulutnya, mengakibatkan kulitnya melepuh di sana sini. 

Hunter, yang akhirnya bisa menyelesaikan perintah, memandang Charlie seolah meminta persetujuan Charlie sambil berkata dengan lemas, " Tuan... Tuan Wade... Saya sudah mengisap habis cerutunya. Bisakah Anda mengampuni nyawa saya sekarang?"

Charlie mencibir, "Tentu saja tidak! Tidak semudah itu kalau kamu ingin hidup! Semuanya akan bergantung sepenuhnya pada suasana hatiku!"

Emosi Hunter sudah benar-benar runtuh sekarang. Jadi, ia berpaling dan menatap Porter dengan air mata mengalir deras ke pipinya seperti seorang bocah. Ia tercekat dan mengiba, "Tuan... Selamatkan saya... Selamatkan saya, Tuan..."

Porter juga merasa sangat putus asa di lubuk hatinya saat ini.

Ia melihat keadaan Hunter yang menyedihkan dan kesakitan sebelum ia memikirkan kekuatan Charlie yang tak tertandingi, dan ia merasa bahwa segalanya sudah tak ada harapan lagi.

Porter sekarang tahu dengan pasti bahwa rencana balas dendamnya sudah hancur lebur.

Jadi, ia menelan ludah dan berbicara dengan nada penuh hormat, dan suaranya jadi agak serak saat ia berkata, "Charlie Wade... Tolong lepaskan dia! Kalau kamu melepaskannya, Sepuluh Ribu Tentara-ku akan langsung mundur! Aku tidak akan mengganggu atau melawan keluarga Wade lagi dalam hidup ini!"

Charlie merasa bahwa ia seolah-olah baru saja mendengar lelucon paling lucu di dunia, dan ia pun tertawa terbahak-bahak. "Porter Waldron! Apa kamu berpikir pemakaman keluarga Wade adalah tempat yang kamu bisa datang dan pergi semaumu?"

Porter menggemeretakkan giginya dan bertanya, "Kalau begitu, apa maumu sekarang?"

Charlie mendengus dan menjawab, "Aku berpikir untuk membuatmu merasakan akibat perbuatanmu sendiri."

Porter bertanya dengan gugup, "Kamu... Apa maksudmu?"

Charlie memandang dua peti mati yang berada di belakang Porter sambil berbicara, "Bukankah kamu bilang akan meluluh lantakkan tulang dan abu ke dua orang tuaku? Kebetulan peti mati ke dua orang tuamu juga ada di sini sekarang. Jadi, kamu harus dengan berat hati membiarkan mereka mengalami sendiri idemu itu!"



Charlie Wade - The Amazing Son in Law (Indonesia) Bab 3301-3500Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang