REAL BOSS [8]

415 65 44
                                    

(double up)

***

Jaemin celingukan seperti mencari seseorang yang tidak kunjung tertangkap pandangannya.

"Sunbae. Kau mencari siapa?"

"Itu.. temanmu."

"Inha?"

"Kau pikir siapa lagi?!"

"Bisa bicara baik-baik tidak sih, aku kan bertanyanya baik-baik."

"Hm, maaf. Cepat panggilkan temanmu. Aku tidak melihat batang hidungnya hari ini."

"Bilang saja kau merindukannya kan?"

"Tidak, aku hanya baru ingat tidak mengganggunya hari ini."

"Sampai kau berjenggot dan keriput pun juga tidak akan bertemu kalau kau tidak berniat menemuinya. Kecuali takdir."

"Kau ini bicara apa Liam?"

"Lami! Namaku Lami!"

"Iya itu, sama saja."

Lami mendengus, "Jepang."

"Apa?"

"Inha ke Jepang. Kemarin malam dia berangkat. Kupikir dia memberitahu sunbae lebih dulu dibanding aku. Ternyata aku salah mengira sunbae orang spesial di hidup Inha. Dia tidak menganggapnya begitu, aku turut prihatin dengan kemalangan ini, kuharap kalian tetap baik-baik saja ya," ujar Lami. Sementara Jaemin tertegun, isi kepalanya kini mendadak kosong. "Lagipula kuperhatikan memang hubungan kalian sebatas friendzone, bermain tarik ulur tanpa kepastian. Kalau saja-- Hei?!"

Tanpa menggubris ocehan Inha, Jaemin kontan berlari meninggalkan gadis itu. Lami hanya mampu menghelas nafas.

"Cinta itu memang rumit, kalau tidak meninggalkan ya ditinggalkan. Ck ck.."

Jaemin rupanya menuju kediaman Inha, bahkan dalam perjalanan ia diliputi kegelisahan sebab nomor Inha sama sekali tidak aktif. Terselip perasaan kecewa yang cukup mencubit. Mengapa sudah berakhir bahkan sebelum ia sempat mengungkapkan perasaannya.

Asisten rumah tangga memberitahunya bahwa Inha di Jepang tidak dalam waktu yang sebentar. Juga tidak diketahui sampai kapan ia disana. Rencana kepindahannya sebetulnya tidak mendadak tetapi posisi Inha sebagai putri tunggal di kelurganya memaksa ibunya untuk tidak meninggalkan Inha sendirian di Korea. Itu semua demi masa depan putrinya. Walau Inha meminta tetap tinggal, nyatanya percuma, ayah serta ibunya sama sekali tidak mengizinkan sehingga ia tidak dapat berbuat lebih.

'Tolong jangan menungguku. Kita mungkin akan sangat sulit bertemu.'

Perkataan Inha di malam itu rupanya mengandung makna lain. Sementara Inha setelah menerima pesan dari ibunya, bergegas dengan suasana hati yang buruk.

'Ibu. Ini yang terakhir, apakah..aku boleh tinggal?'

'Inha. Kita sudah membicarakan ini berulang kali.'

"KENAPA?!" teriak Jaemin bersamaan dengan ditendangnya sebuah kaleng minuman di pinggir jalan. Jaemin coba meyakinkan dirinya agar tidak marah, tetapi emosi telah melebur dengan perasaan kecewa yang lebih mendominasi.

Dia hanya tidak menyangka segalanya akan terjadi secepat ini.

"Ada banyak hal yang ingin kutanyakan padamu. Kenapa kau bahkan tak ada waktu sekedar membalas pesanku. Choi Inha!"

***

"Iya ibu? Aku sedang berkemas," ujar Yoona saat mengangkat telfonnya.

"Mau kemana kau?"

SHORT STORIES || YoonHunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang