HELP [2]

1K 189 5
                                        

Yoona menunjuk satu persatu foto-foto alumni sambil membacakan profilnya. Sementara Jiyeon memperhatikan dengan serius berusaha mengingat. Sehun datang membawa dua cup bubble tea dan duduk di hadapannya. Yoona menoleh malas.

"Sedang apa disini?"

"Menemanimu. Supaya kau tidak dianggap orang gila karena bicara sendirian. Ngomong-ngomong aku juga ingin berkenalan dengan temanmu. Ah siapa namamu nona? Eh tunggu ini hantu yang kemarin bukan?"

Gubrak. Ya ampun Yoona benar-benar ingin memukul kepala Sehun kalau tidak ingat pria ini temannya. Tunggu, teman? Sejak kapan Yoona menganggap Sehun, teman...ah entahlah.

"Yoona, pacarmu tampan. Tapi sayang, dia menyebalkan. Dia kemarin memarahiku." Jiyeon berbisik.

"Dia bukan pacarku. Dan aku minta maaf soal kemarin ya. Jangan pedulikan dia, anggap saja dia anak ayam yang numpang lewat."

"Hahaha kau ini lucu sekali, mana ada anak ayam minum bubble tea."

"Ada, dia buktinya." Mereka berdua malah asik tertawa sementara Sehun mendesis jengkel.

"Kalian membicarakanku ya?"

Yoona mendehem pelan. "Tidak ada gunanya membicarakanmu." Sehun mendengus.

Sehun hanya memperhatikan malas kegiatan Yoona dengan makhluk astral itu. Yoona asik dengan dunianya melupakan Sehun yang mati kebosanan meskipun sesekali bermain games online atau membalas chat dari teman di ponselnya.

Kalau Sehun mengeluh, dia pasti kalah, Yoona akan mengomel 'siapa suruh repot-repot kesini menemaninya'. Oke dan Sehun memilih diam sampai mereka selesai.

Mata Jiyeon tiba-tiba terpaku pada satu objek. "A-aku tidak yakin, tapi...aku penasaran siapa itu Park Joy. Yoona, bisa kau cari tahu tentang dia?"

Yoona menanyakan apa Jiyeon yakin dan perempuan itu mengangguk. Yoona pun menghela nafas. Dia akan berusaha berbekal profil yang ia pegang yang juga tertera alamat dan no.telpon. Namun ketika dihubungi, tidak aktif.

Yoona beranjak membuat Sehun terkesiap. "Sudah selesai?" lagi-lagi diabaikan dan Sehun memilih mengikutinya.

Hingga mendadak Sehun menarik kasar lengan Yoona membuat perempuan itu terhuyung dan nafas tercekat. Masih tidak sadar dengan apa yang baru saja terjadi. Lelaki itu menatapnya tajam, sudah siap memuntahkan emosinya.

"Kau lihat kan? Terlambat sedikit saja kau sudah berakhir di rumah sakit."

Terlalu fokus dengan jalannya, Yoona hampir saja terserempet mobil yang melaju kencang dari arah kiri. Bagaimana Sehun tidak emosi jika melihat itu.

"Kau selalu menyuruhku menjauh sementara kau tidak becus mengurus dirimu sendiri. Kau selalu sombong dan terus menganggapku orang lain. Aku tahu kau tidak pernah memikirkan dirimu sendiri, tapi tolong Yoona, paling tidak kau harus pikirkan keluargamu dan orang-orang yang menyayangimu" lanjutnya.

Yoona tidak berani menyela selama Sehun berbicara dengan aura seperti ini. Itu menakutkan.

Ia memasang wajah sendu. "Sehun...kau bisa lanjutkan nanti marahnya. Aku harus bergegas sebelum malam."

Sehun menghela nafas panjang. Memijit pangkal hidung, menahan sesuatu yang belum selesai ia ungkapkan sebenarnya. Lalu mengangguk pelan seraya mengambil buku dalam dekapan gadis itu.

"Berikan."

Sehun bilang ia tahu tempatnya. Meski belum pernah ke alamat ini, namun ia tahu jalan menuju kesana. Kemudian menggenggam tangan Yoona menuju halte dan naik bus. Selebihnya mereka jalan kaki.

SHORT STORIES || YoonHunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang