GLIMPSE OF HER [3]

205 36 15
                                    

"Apa kabar tante?"

Wajah sayu yang mulai menampakkan kerutan samar di beberapa bagian itu mengulas senyum bahagia. Sebelah tangannya terangkat ke udara memberi isyarat untuk memeluk pria jangkung di hadapannya ini.

"Membaik. Terimakasih ya.." wanita itu menjeda. "Sudah jagain Adele selama ini. Semoga kalian selalu dilimpahi kebahagiaan dan langgeng sampai akhir."

Riak terkejut Adele yang berada tak jauh dari mereka tertuju pada Sehun juga ibunya. Entah kali ke berapa ia merasa tidak enak bila ibunya lagi-lagi menyinggung perihal hubungan mereka. Di sisi lain ia tidak tega melihat jika sang ibu kecewa mendengar kandasnya hubungan itu.

"Mama. Nanti kalau sudah sampai rumah, Adele akan ceritakan semuanya."

"Kenapa? Kalian ada masalah?" Ekspresi khawatir tersirat disana.

"Bukan. Kami baik kok, Ma. Cuma ada bagian yang bakal aku jelasin nanti. Oh iya, Sehun, kamu bilang tadi mau ada urusan lain? Aku juga mau ngurus administrasi dulu abis ini."

Sehun menjadi canggung saat ini, dibanding dirinya, ia pikir Adele yang lebih berhak menjelaskan segalanya. Mengingat kondisi kesehatan Lucy yang belum benar-benar pulih. Namun, bukankah rasanya ia harus bertanggungjawab juga?

"Kamu gak perlu merasa bertanggung jawab," celetuk Adele seperti mengetahui isi kepala Sehun ketika mereka berjalan beriringan di koridor rumah sakit. "Kecewa pasti, orang tua mana yang gak sedih lihat hubungan anaknya yang berakhir, apalagi udah dapat restu."

"Sampaikan ucapan maaf aku ya."

Adele meninju ringan lengan pria itu seraya terkekeh. "Santai aja." Pandangan mereka terkunci beberapa detik. Sehun tak tega. "E..a-aku ngurus administrasi dulu ya. Kamu hati-hati."

Begitu mereka saling melempar kata pamit, Adele memutar tumitnya menuju ke bagian administrasi. Raut muka yang dihiasi senyum langsung berubah datar dalam sepersekian detik. Terkesan bimbang dengan perasaan aneh yang mengusik sanubari.

'Kenapa rasanya sakit? Ternyata aku belum sepenuhnya bisa lepasin bayangan kamu, Sehun.'

***

Ting!

Terdengar suara bel depan yang menandakan kedatangan seseorang.

"Loh udah mau kelar ya?" Sehun meletakkan paper bag di meja seraya menyebarkan pandangan.

"Hei," Yuna mendekat. "Hampir. Kamu mau dibuatin apa?"

"Kayak biasa aja."

"Siap!" Gadis itu melipir ke balik meja pantry hendak menyeduh teh madu hangat untuk Sehun.

"Yang lain mana, Na?"

"Ada di sebelah. Sibuk hiasin tenda sama interior sekitarnya."

"Irene doang?"

Diletakkannya secangkir teh dengan asap yang mengepul samar di depan Sehun. Gelenyar hangatnya bisa dirasakan pria itu ketika melingkarkan telunjuk di gagang cangkir.

"Ada satu lagi. Namanya Jeffan, dia itu manajer di salah satu toko furniture tempat aku belanja sama Irene."

"Kok bisa disini?" Sahut Sehun begitu meletakkan kembali cangkir tehnya. Lidahnya mengecap rasa manis yang pas sehabis menyesapnya.

"Nah kebetulan lagi, Jeffan itu adik kandung dari Bu Arni, rekan kerjaku di TK. Kita pertama kali ketemu waktu dia jemput kakaknya. Karna kita udah kenal sebelumnya, dia mungkin anggap aku temen. Dia pengen ikut kesini bantu-bantu."

"Oh." Pria itu mengangguk paham.

"Eh lihat, aku tadi eksperimen bikin resep kue yang baru. Iseng doang sih. Pas aku coba lumayan, jadi aku masukin buat cadangan list yang kemungkinan bakal aku masukin ke list menu."

SHORT STORIES || YoonHunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang