Yuna yang sedikit melamun sontak mengangguk lalu ikut masuk, dan menemani putrinya seperti biasa.
"Uh! Bau kecut. An terakhir keramas kapan hm?"
An memiringkan kepala imut dan mengusap dagu, jiplakan Yuna sekali saat sedang berpikir. Jika dilihat-lihat, sebetulnya An hanya mewarisi wajah Sean, karena selebihnya mirip Yuna seperti sifatnya yang lebih banyak menurun dari Yuna.
"Tiga?"
"Apa? Tiga...minggu? Apa tiga bulan?"
"Bunda...tiga hari." Yuna tertawa melihat putrinya yang merengek lucu. "Bunda bunda. Kemarin tuh di sekolah, ada anak baru namanya Efan. Rambut dia kuning, kan. Terus temen-temen panggil dia anak ayam."
"Kok bisa?" tanya Yuna sembari melepas satu persatu baju An.
"Iya..bunda. Kata Riski, ayahnya punya banyak anak ayam yang warna warni di rumahnya. Dijual juga di pasar. Ada merah, ada biru, ada kuning, ada hijau, kayak pelangi."
"Ya ampun," Yuna terkekeh. "Mungkin papa atau mamanya Efan orang luar negeri?"
"Entah," An mengendikkan pundak. "Kata bu guru, Efan itu istimewa."
Yuna mengangguk mengerti, "Oh...iya sayang Efan anak yang istimewa. Jadi, An harus memperlakukan dia dengan baik, oke? Gak cuma Efan, An juga harus selalu baik ke temen-temen lainnya."
"Istimewa itu karna rambut Efan kuning? Alis dia juga kuning, bulu mata juga kuning," celoteh An polos.
"Betul. Dah yuk mandi."
Selagi menunggu An, pandangan Yuna menyebar ke seluruh isi ruangan kemudian tertuju pada boneka barbie di jajaran boneka bear, unicorn, dan lainnya. Entah hanya perasaan Yuna saja, tetapi sepasang mata bulat boneka itu seperti sedang menatapnya.
"Bunda!"
Mendengar teriakan putrinya, Yuna pun bergegas. "Kenapa An?" Gadis kecil itu menunjukkan sebutir gigi di genggamannya. "Astaga." Yuna tertawa kecil. "Coba bunda lihat. Eum, kurang 19 gigi lagi."
"Hah?! Ah gak mau, bunda!"
Yuna menangkup pipi An. "Gak papa sayang. Tadi waktu copot giginya, An ngerasain sakit gak?"
"Enggak. Giginya goyang udah 2 hari. Terus setiap hari An sering mainin pakai lidah." An menunjuk gigi seri bawah yang kini tinggal gusi.
"Untung gak ketelen," itu terdengar melegakan.
***
Erika bersama putrinya yang baru saja keluar menghampiri Yuna dan An yang terlihat duduk di bangku taman sekitar SD menunggu mereka. Yuna dan An tidak sendirian karena ada baby sister Erika yang menggendong bayi yang merupakan anak kedua Erika.
"Maaf ya Na, agak lama. Saera nih lupa bilang kalau bu guru pengen bicara sama gue soal lomba. Jadinya gue juga gak bilang ke lo kalau jadinya lama."
"Gak papa mbak, santai aja," Yuna tersenyum melihat Saera meringis sambil minta maaf pada ibunya, itu tampak menggemaskan. "Aku kan gak lagi buru-buru. Aku juga lagi asik bikin ketawa si ganteng nih." Ia menunjuk bayi mungil itu.
Heni, si baby sister sempat terkejut karena Rafa tampak begitu bahagia melihat Yuna dan juga si kecil Cassandra. Padahal biasanya bayi akan menangis bila bertemu orang asing untuk pertama kali.
Rencananya mereka memang akan pulang bersama, lebih tepatnya Erika sepakat ingin berkunjung ke rumah Yuna. Setibanya di kediaman Ayuna, si kecil An dan Saera bergandengan tangan keluar dari mobil. Mereka terlihat mudah akrab.
Sementara itu, selagi Heni mempersiapkan stroller untuk Rafa, Yuna membantunya mengambil alih gendongan Rafa.
"Udah cocok tuh lo gendong bayi lagi," goda Erika. Yuna terkekeh menanggapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORIES || YoonHun
Historia CortaBukan oneshoot, satu judul bisa terdiri dari beberapa chapter, genre suka-suka » Baku » Semi baku Baca aja, barangkali suka :))