Pembaca yang baik dan cerdas adalah yang mau mengapresiasi sebuah karya.
---
Detik berikutnya mulut Sehun terbuka dengan nafas tak teratur. Kerutan kian memudar. Jantungnya berdetak cepat.
Jongin mengerti arti ekspresi itu. Kemudian tersenyum dan berucap dengan tenang. "Temui mereka. Makhluk kecil itu sangat membutuhkan ayahnya."
Tangisan Sehun pun pecah dan semakin keras. Menunduk dalam-dalam. Jongin hanya bisa menepuk punggung sahabatnya yang bergoncang. Menghela nafas lega dan bersyukur semua telah selesai. Sesuatu yang indah akan segera datang menemui sahabatnya.
---
"Kau tahu apa yang tulus dan setia?" Tanya Sehun.
"Keyakinan dan kasih sayang?"
"Lebih daripada itu."
"Lalu apa?"
"Aku yang sedang jatuh cinta padamu. Aku yang sedang melingkarkan cincin dan bersumpah di hadapan Tuhan untuk setia mencintaimu. Meski jauh, hatiku tetap sama."
Yoona terkekeh. Seharusnya Sehun bertanya siapa bukannya apa. Yoona menganggukan kepala.
"Aku percaya."
"Semudah itu?" Kedua alis pria itu terangkat.
"Kenapa dibuat sulit jika hatiku saja sudah mengunci nama Oh Sehun dengan kunci permanen dan hanya Tuhan yang memegangnya. Percaya itu bukan tergantung waktu, tapi keinginan."
---
Sehun mengambil penerbangan pada esok harinya menuju kediaman ibu mertua. Kata Jongin, Yoona memang tidak lagi berada di apartemen mereka. Yoona memutuskan akan melahirkan di kediaman ibunya. Pertengahan bulan ke-5 kehamilan, Yoona sudah memutuskan resign dan pindah.
Sehun menyewa mobil dan menyusuri jalanan lengang di area pedesaan. Ia telah memperbaiki penampilan buruknya. Kemeja putih dengan lengan terlipat sampai siku dan celana hitam panjang. Bulu-bulu halus di atas bibir, dagu hingga rahang pun telah dicukur habis.
Sekarang yang ada adalah Sehun yang baru. Lepas dari title yang tersemat pada dada meski faktanya sudah tak lagi berpihak padanya. Sekarang tak peduli lagi dengan semua itu, segala kejayaan dan kemewahan yang telah menjauhkannya dari keluarga kecilnya. Lelaki itu melangkah tegas namun tenang menapaki ubin menuju satu tempat yang menjadi fokusnya.
Sehun sempat memeluk wanita yang sudah lama tidak ia lihat batang hidungnya itu. Sementara wanita parubaya yang tak lain adalah ibu kandung istrinya mengulas senyum sambil menepuk punggung kekar dimana pemiliknya sedang setia mendekapnya erat.
"Astaga...kau semakin tampan nak."
"Bagaimana kabar ibu?"
"Seperti yang kau lihat. Sehat dan semakin keriput." Sehun terkekeh pelan.
"Maaf lama tidak mengunjungi ibu."
"Tidak masalah, aku mengerti kesibukanmu." Wanita itu menangkup pipi kiri Sehun dengan seulas senyum sedang menatapnya lembut. "Temui istri dan anakmu."
Sehun diam sejenak. Sesungguhnya ada banyak kecemasan disana. "A-apa ibu mengatakan padanya kalau aku akan datang?"
Wanita itu menggeleng pelan kemudian mengusap kepala Sehun. "Selesaikan masalahmu sayang....kalian hanya terjebak dalam situasi yang tidak menguntungkan," ujarnya.
Lelaki itu menunduk lesu. "Aku takut Yoona membenciku, ibu."
"Jangan buru-buru berspekulasi. Kalau benar dia membencimu, sudah pasti kau mendapat panggilan dari pengadilan atas surat cerai yang dilayangkan istrimu dan menyandang status duda sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORIES || YoonHun
NouvellesBukan oneshoot, satu judul bisa terdiri dari beberapa chapter, genre suka-suka » Baku » Semi baku Baca aja, barangkali suka :))