Selama bekerja, Mark ikut kakak sepupu Yoona, Kim Taeyeon. Mark berteman dengan anak dari Taeyeon, Kim Jaemin yang usianya hanya berjarak lima bulan dengan Mark. Kadang jika Yoona sempat dan tidak pulang terlalu larut, ia akan menjemput Mark di rumah kakaknya. Namun bila ia lembur, Yoona akan membiarkan Mark menginap di rumah Taeyeon.
Well, seperti itulah Lim Yoona. Jangan lupa selalu ingatkan dia soal berdamai dengan masa lalunya, karena jika tidak, sikapnya tidak akan berubah pada Mark.
Yoona pulang lebih awal sekitar pukul 6 sore sudah tiba di rumah. Ia merebahkan tubuhnya sejenak pada sofa dengan mata terpejam. Mendadak sebuah klakson mengejutkannya. Astaga, padahal ia baru saja menggapai dunia mimpi dalam hitungan milisekon. Ia mengerang kesal.
Dengan langkah gontai ia menuju ke pintu depan."Hei, kau belum bersiap?" Sehun memandang Yoona dari atas sampai bawah, masih dengan pakaian kerja dan bertelanjang kaki serta rambut berantakan.
"Ya ampun pak, saya baru saja tiba lima menit yang lalu."
"Salah siapa tidak mau diantar pulang dan pilih naik bus?" Yoona merengut kesal. Kalau tidak ingat Sehun ini bosnya, Yoona akan membenturkan jidat pria itu pada papan pintu. "Cepat bersiap! Aku tunggu disini, jangan lama ya."
Sehun berjalan masuk begitu saja layaknya rumah sendiri dan mendudukkan diri pada sofa. Yoona menghela nafas panjang sambil menyentak kepala.
"Saya lelah pak. Saya ingin istirahat. Tolong kasihanilah saya, anda tidak ingat kemarin saya sakit dan sembuh lebih cepat padahal faktanya saya belum benar-benar sembuh." Yoona tidak sadar kalau nada bicaranya lebih mirip sebuah rengekan.
Ekspresi Sehun berubah cemas lalu berdiri. "Benarkah? Kalau begitu kita batalkan perginya."
Hati Yoona bersorak. Mengulas senyum namun mendadak mengendur setelah Sehun melanjutkan ucapannya.
"Kita akan makan malam disini saja. Kita memasak bersama oke? Ayo ayo, aku akan siapkan bahan-bahannya sementara kau mandi." Yoona merapatkan matanya dengan bibir menipis, oke ia menyerah.
---
Mereka berakhir dengan perkakas dan kompor. Sehun bersikeras ingin membantu namun Yoona menyuruhnya duduk saja. Awalnya pria itu keras kepala, tapi Yoona mengomel saat ia membuat kesalahan.
Bagaimana tidak marah, Sehun membuat stok piringnya berkurang satu. Dan ia mematung seperti orang bodoh menatap pecahan yang berserakan.
Lalu Yoona mengatakan, "Saya tidak akan melanjutkan ini karena mood saya mendadak buruk, kecuali kalau pelakunya bertanggung jawab." Sehun lalu minta maaf dan segera membersihkannya.
Perempuan itu berdiri dengan apron dan sweater yang tergulung pada bagian lengannya. Kadang Yoona merasa kesusahan dengan rambut hitam panjangnya yang tergerai. Karena terburu-buru ia lupa mengikatnya kembali setelah menyisirnya tadi.
Sehun yang semula hanya duduk memandang aktifitas perempuan itu segera bangkit dan entah darimana menemukan sebuah karet. Yoona terkesiap kala merasakan sesuatu yang bergerak pada kepalanya. Ia menoleh dan mendapati Sehun di belakang.
"Pak?"
"Ya?"
Yoona menghela nafas. "Anda tidak perlu melakukan itu."
"Aku harus Yoona. Kalau aku tidak ingin makananku tercampur oleh helai rambutmu yang rontok dan terasa seperti sampo," kata Sehun sambil terkekeh. Selesai dan Sehun mengalihkan atensinya pada panci dengan asap yang mengepul. "Aromanya menggoda, pasti sedap."
Yoona tersenyum. "Kalau begitu bisa tolong ambilkan mangkuk dan piring? Kali ini tidak boleh ada yang pecah." Dan Sehun menjawab tentu dengan semangat. Tingkahnya seperti orang yang tak diberi makan seharian saja, menggelikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORIES || YoonHun
Short StoryBukan oneshoot, satu judul bisa terdiri dari beberapa chapter, genre suka-suka » Baku » Semi baku Baca aja, barangkali suka :))