HELP [1]

2.5K 211 18
                                        

Seorang gadis berambut sebahu melangkah menapaki atap. Tatapan kosong. Pikiran berkelana, tidak pada tempatnya. Air matanya mengering pada kedua pipi. Bahkan mata sipitnya semakin menyipit karena sembab. Hatinya merintih.

'Hei, udik. Aku tahu kau masuk kesini berkat sogokan. Berapa won kau jual tubuhmu pada kepala sekolah hah? Cih, berlagak sok cantik dan sok jual mahal padahal kau murahan. Bahkan ikan asin di pasar jauh lebih mahal dari hargamu. Tidak heran sih, mengingat ibumu juga seorang--'

'Tutup mulutmu sialan!'

Ujaran itu masih terngiang di telinganya. Si gadis sempat mengelak marah, membela diri. Perempuan mana yang terima harga dirinya direndahkan dengan begitu kejinya.

'Cih, kau berani padaku hah?'

Gadis itu dijambak, terhuyung hingga dahinya berdarah, terbentur pinggiran bangku besi. Bibirnya mendesis perih, bergetar minta pertolongan. Tapi apa daya, sekolah sudah sepi. Sementara dia sendiri dikepung tiga perempuan yang dengan brutalnya memukul dan menendangnya.

'Tuhan, tolong aku...'

Hingga meninggalkan dirinya yang sudah berantakan, sendirian. Di tengah keheningan malam yang dipenuhi lolongan isak tangis yang enggan berhenti. Ia menguatkan kakinya untuk berdiri. Melangkah tertatih menuju lantai teratas dimana ia dapat melihat angkasa luas yang gelap, seperti hatinya.

Brukk

Darah mengalir dari seluruh bagian tubuhnya ketika menyentuh ubin. Air mata menetes untuk yang terakhir kali sebelum matanya terpejam untuk selamanya dengan gumaman kata maaf yang sempat terucap.

---

Di sisi lain, perempuan berambut panjang terbangun dengan nafas terengah dan peluh membasahi kening dan sebagian rambutnya basah. Jantungnya bertalu cepat.

"Ya Tuhan...aku mimpi itu lagi..." menyibak rambut frustasi. Lalu memijat pelipis.

Tiba-tiba ponselnya bergetar. Ia melirik dengan mata sayu. Namun ketika melihat nama yang terpampang pada layar, gadis itu mengumpat kesal.

"Halo istriku...hehe kau belum tidur ya? atau kau memang tidak bisa tidur karena memikirkanku, ah aku tahu kau pasti ingin ditemani olehku ka-"

"Sialan kau albino! Ini sudah malam dan kau merecoki waktu istirahatku."

Laki-laki di seberang malah tertawa.

"Dasar gila."

"Wah darimana kau tahu aku gila. Ya sayang, aku kan gila karenamu. Sudah ya, lebih baik kau tidur sekarang. Tidak baik begadang. Aku mengerti kau sangat merindukanku, aku pun sama, tapi tenang besok kan kita bertemu. See you tomorrow my wife. Good nite and-"

Tuuttt

Yoona mengacak rambutnya. Kemudian menghela nafas kasar, menenangkan diri. Tinggal satu setengah tahun lagi ia akan terbebas dari pria albino dengan cengiran menyebalkan itu. Setelah lulus, ia akan mencari universitas yang jauh darinya.

---

"Pagi sayang." Yoona melirik tajam membuat pria itu sontak memasang wajah terkejut yang berlebihan. "Oh astaga, kau mengagetkanku."

Kemudian Yoona beranjak dan masuk ke dalam bus tentu saja diikuti Sehun dengan cengiran bodohnya. Lalu duduk di sebelah Yoona yang sedang sibuk memasangkan earphone pada telinga.

Sehun tersenyum masam, lagi-lagi gadis ini mengabaikannya. Well mengganggu itu sudah hobinya, jadi dia senang-senang saja.

"Kau mendengarkan lagu apa?" Sehun dengan tidak sopannya mencabut salah satu earphone dan menyumpalkan pada telinganya. Berhasil membuat wajah Yoona merah.

SHORT STORIES || YoonHunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang