THE PARTNER [1]

245 37 26
                                    

Hi, I'm back! Enjoy with the new story!

***

Sumber kegaduhan dari lantai satu sebuah sekolah menengah atas rupanya cukup menyita atensi di siang hari. Tak banyak kasus perundungan, namun menjadi hal biasa bila terdapat kelompok tertentu yang melemparkan sapu, sepatu atau piring berbahan stainless tiba-tiba melayang.

Persis seperti saat ini. Menu makanan yang telah tercecer tak lagi membuat siapapun berselera melanjutkan acara mengunyahnya. Tawa bengis menggelikan hanya dibalas sikap tak acuh seorang Yoona, murid pindahan dari Busan yang baru menginjakkan kaki seminggu ini.

Sedikit tarikan nafas, lalu menepuk-tepuk potongan isi sup dan butiran-butiran nasi di pakaiannya.

"Kau mengabaikanku?"

Yoona membalas dengan sorot datar tanpa hasrat apapun.

"Lebih pantas disebut tempat sampah. Penampilanmu kali ini sangat menghiburku. Haruskah aku memotretnya sebagai koleksimu dariku?"

Sora tanpa henti mempertahankan ocehan menusuk selagi memainkan kacamata Yoona. Benda yang seolah begitu menjijikkan di matanya.

"Kacamata jelek ini.. kampungan dan murah. Kau memungutnya di tempat sampah mana, ha?"

Perkataan tidak bernilai menyertai aksinya membuang benda itu ke lantai, lalu pergi begitu saja bersama satu perempuan yang lebih mirip seperti budak. Sebetulnya keduanya sama saja, mereka hanya berbeda sasaran bully.

Yoona memperhatikan sekitarnya. Mereka bersikap seperti tak terjadi apapun. Entah karena memang sudah menjadi pemandangan yang biasa, atau mereka tak acuh bahkan takut ikut campur.

Tarikan senyum tipis menyertainya ketika beranjak meninggalkan tempat itu. Dia akan segera berganti pakaian sebelum baunya semakin buruk. Tumpahan kuah keruh dan lengket tak hanya mengenai pakaian, tetapi juga kulitnya.

Yoona telah menghabiskan waktu cukup lama sehingga nyaris melewatkan jam pelajaran berikutnya. Kantung kain yang menggantung pada lengan berisi seragam kotor yang akan ia cuci usai tiba di rumah.

Langkah yang santai, tangan mengayun tenang, menyusuri koridor ruangan. Yoona belum sepenuhnya mengenal detail sekolah itu. Luas, megah dan bertingkat, cukup membuatnya penasaran akan rahasia besar di baliknya.

Hingga dia tak sengaja menangkap siluet seseorang jangkung berbadan tegap tengah menghisap sepuntung rokok di sela-sela jari.

Dari kemeja yang dikenakan, Yoona menebak orang itu adalah guru. Tetapi, disana bukan smoking area.

'Guru jaman sekarang semakin terang-terangan memberi contoh buruk.'

Yoona hampir tak peduli sebelum pada akhirnya, keberadaannya tertangkap oleh orang itu.

Tersenyum kaku, Yoona juga memberi anggukan kecil sebelum benar-benar pergi dari hadapan. Sementara orang itu masih dengan muka datar tak berekspresi.

***

"Baru tiga hari, Jo. Aku belum bisa menemukan apapun disana."

Jo terkekeh dibalik ponsel genggamnya. "Apa kau mulai bosan?"

"Hampir. Terutama pada geng pembully. Sejauh ini mereka masih aman."

"Mereka masih merundungmu?"

"Padahal aku menantikan mereka melakukan lebih dari sekedar menyiram sup sampai isi piringku terbalik."

"Orang ini.."

"Oh ya, bagaimana kabar ibu?"

"Ibumu baru selesai menjalani jadwal terapinya dua jam lalu."

"Aku akan berkunjung akhir pekan ini. Tolong jangan beritahu ibu."

SHORT STORIES || YoonHunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang