THE HOUSE [5]

274 47 29
                                    

Chandra mengetuk-ketuk meja selagi bergumam. "Menarik. Gue belum pernah dibantu sama informasi dari orang indigo."

"Sebenernya, aku yang bukan indigo ini pernah ngalamin kejadian aneh beberapa kali. Karna itu aku percaya sama yang dibilang temennya mbak Erika." Yuna menambahkan. "Dan aku bener-bener yakin waktu aku ngikutin dia sampai belakang rumah, disitu dia memperlihatkan wujud dia sepenuhnya di depan mataku. Saat itu aku gak tau kenapa, tiba-tiba aku ngerasain sesak banget sampai nangis, kayak...dia pengen nunjukin apa yang dia rasain. Sakit, menderita.."

Sean mengerutkan kening terkejut, "Kamu gak pernah cerita soal itu."

"Aku takut bikin mas khawatir. Saat listrik mati, setelah aku nemuin kertas bergambar itu, pakai flaslight aku liat An jalan keluar makanya aku kejar dan aku sempet jatuh tapi lanjut aku ikutin sampai belakang rumah. Abis itu aku gak inget apapun dan mas nemuin aku pingsan di teras, bagian itu yang bikin aku bingung. Tapi serius apa yang aku alami hari itu kerasa nyata."

Sean menghela nafas mendengar penuturan Yuna. Setidaknya tidak terjadi suatu hal membahayakan saat itu.

"Kita bisa langsung berangkat ke Bekasi besok."

"Lo gak sibuk?" tanya Sean.

Chandra tersenyum sinis, "Lo pikir gue gak ada hari libur? Tentuin aja jamnya, gue langsung otw."

Sean mengangguk, "Oke. Thanks Chan."

***

Tak ada yang dilakukan Yuna saat ini selain bergelut dengan laptop pada meja di ruang kerja Sean. Jemarinya memainkan scroll pada mouse dalam genggaman tangan. Dia hanya membaca artikel biasa tentang health and life style.

Kemudian pikirannya menerawang. Yuna tak habis pikir, tidak ada satu orang pun yang dapat dijadikan saksi nyata kejahatan 8 tahun lalu atau kekerasan-kekerasan fisik sebelumnya. Walau begitu, Yuna tak kebingungan pada siapa ia menetapkan suspect.

Mendengar fakta mengenai bu Eva yang seperti malaikat dan memiliki penyakit hingga akhir hayatnya menunjukkan bahwa dia hanya wanita lembut penuh kasih sayang yang jauh dari kesan tempramental. Yuna memang tak menaruh curiga sama sekali padanya sejak awal. Hanya satu nama yang sangat kuat yang ia curigai.

Pak Santo.

Namun bagaimana jika nanti pak Santo berdalih dan mereka tidak memiliki alat untuk membalikkan lagi tuntutannya? Hanya akan terdengar konyol bila mengatakan mereka bertemu sendiri dengan arwah Keira. Selain itu, Yuna amat penasaran dimana orang itu mengubur Keira?

Yuna menggigit bibir bawahnya gelisah. Lalu kursor tiba-tiba saja berpindah arah dan bergerak dengan sendirinya pada kolom pencarian. Tentu Yuna terkesiap bingung. Di sana, keyboard seolah mengetik dengan sendirinya merangkai nama Santo Alfaendy. Yuna masih termenung dengan apa yang baru saja terjadi. Jantung Yuna berdegup lebih kencang saat ini, tetapi berusaha tenang, lalu ia menekan enter sehingga muncul artikel berita terkait nama itu.

Manik mata kembar itu dengan serius memperhatikan tiap headline berita. Yuna terkejut dengan apa yang ia temukan.

"Kok belum tidur?" suara Sean menginterupsi sambil mengusap tengkuknya.

"Mas, sini deh. Liat apa yang aku temuin."

Kemudian Sean mendekat dan mencodongkan tubuhnya ke arah monitor.

"Pak Santo ternyata pernah terlibat kecelakaan. Di sini tertulis tanggal 31 Maret 2014, itu artinya 8 tahun yang lalu."

"Terus?"

"Biasanya orang yang abis melakukan kejahatan kriminal ada dua jenis kan, ada yang tenang aja karna ngerasa yang dilakuin itu gak salah dan ada yang panik sehingga bisa ngelakuin apapun diluar kendali dia. Ini bisa jadi benang merah yang menggambarkan kronologi malam itu sesuai sama petunjuk yang kita kumpulin."

SHORT STORIES || YoonHunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang