EXTRAORDINARY [3]

740 123 70
                                    

Begitu membereskan buku-bukunya, Sehun beranjak. Langkah kakinya menyusuri koridor yang ramai lalu lalang siswa. Ia berniat mengambil kamera miliknya yang diservis sejak dua hari lalu. Ketika melewati toko bunga, cowok itu singgah sebentar untuk membeli satu buket bunga yang terdiri dari beberapa macam warna.

“Buat ceweknya ya mas?” goda si penjaga toko.

Sehun mengulas senyum singkat, “Saya gak ada pacar mbak.”

“Ah masa? Ganteng gini masa single. Anak jaman sekarang jarang ada yang gak pacaran.”

“Uangnya mbak, makasih ya.” Sehun tak ingin lebih banyak terlibat obrolan dengannya.

“Oke mas. Makasih juga ya,” perempuan itu tersenyum ramah. “Salam juga buat ceweknya,” lanjutnya.

Sehun meringis kaku lalu pergi. Memang bunga identik dengan hubungan spesial antar dua manusia, maka tidak heran jika penjaga toko bunga itu langsung berpikir demikian.

Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya ia tiba di sebuah tempat. Seseorang duduk di gazebo, mata terpejam dengan earphone menyumpal telinga. Alunan klasik begitu menenangkan hati juga pikirannya. Hingga dia tidak menyadari kedatangan cowok jangkung di dekatnya.

“Asik banget kayaknya.”

Cewek bersurai legam itu lalu membuka mata dan mendapati Sehun Keynandra di sampingnya lengkap dengan senyuman hangat.

“Keynan…” ujarnya lirih.

“Apa kabar? Buat kamu,” balas Sehun lembut sembari mengulurkan buket yang dia beli tadi.

Cewek itu menerimanya dengan sedikit ragu namun perlahan sunggingan senyum pun terukir manis. Meyna, hatinya menghangat kala dihadiahi bunga oleh Sehun.

“Kamu gak sekolah?”

“Udah pulang. Gak ada pelajaran tambahan soalnya. Udah makan?”

Mey mengangguk pelan, “Kue coklat kering.”

“Itu sih namanya belum. Orang Indonesia kalo buka nasi, suka dibilang gak makan.”

“Makanku dikit, jadi nyemil doang udah kenyang. Kamu sendiri udah makan?”

“Makanya aku nanya kamu, mau ngajak makan bareng sih niatnya. Tapi kayaknya kamu gak ada mood makan besar jadi aku makannya di rumah aja.”

Mey menggigit bibir bawahnya terlihat sedih, “Maaf ya. Lain kali kalo mau ketemu kamu, aku gak usah makan deh.”

“Ya gak gitu juga Mey. Sebetulnya aku udah makan sih tadi waktu istirahat terakhir. Tapi yah namanya juga perut karet,” Sehun terkekeh sementara Mey ikut tersenyum lebar.

Enam bulan lalu, mereka mulai dekat. Tetapi sikap Meyna tidak banyak berubah. Meski begitu, Sehun perhatikan perubahan itu ada walau perlahan dibanding awal mereka bertemu dulu. Cewek anggun nan lembut itu membuat Sehun lebih banyak memberikan perhatian padanya. Sehun, ingin melindungi Meyna.

***

Sehun tiba di rumah keluarga Bagaskara. Hari ini cuaca sedang panas-panasnya sehingga membuatnya gerah. Yang ada di pikiran Sehun saat ini adalah, dia ingin segera mengguyurkan air segar ke tubuhnya. Namun pikiran itu lenyap seketika saat ia mendapati Ayuna dengan posisi tengkurap di ranjangnya.

Lagi.

Sehun memutar bola mata seiring helaan nafas lelah. Cewek itu juga tak berkutik sama sekali, sudah jelas sedang terlelap. Kemudian tanpa pikir panjang, dia bergegas masuk kamar mandi. Tidak peduli.

Hingga Sehun selesai pun, Ayuna masih belum juga bangun. Menurut Sehun, membiarkanya lebih baik daripada repot-repot membangunkan Ayuna hanya supaya keluar dengan alasan dia hendak ganti pakaian.

SHORT STORIES || YoonHunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang