Z [7] END

1.2K 156 89
                                        

Langkah kaki pelan menapaki tanah dan rerumputan. Sebuket bunga krisan menggantung di genggamannya. Perempuan cantik bergaun putih itu melangkah dengan sorot sendu. Semilir angin sepoi menerbangkan surainya yang kini sebatas leher.

Setahun sudah kulalui setelah bencana mayat hidup itu terjadi. Tanah ini tersimpan banyak kenangan. Meski luluh lantak, namun kenangan indah dan pahit itu takkan terlupakan.

Orang-orang yang kucintai...

Aku merindukan kalian...

Aku rindu dengan belaian sebelum tidur di masa mudaku. Tenang dan bahagia. Aku bertekad ingin menjadi kuat dan cantik seperti ibu, serta pekerja keras dan cerdas seperti ayah.

Jika waktu bisa diulang kembali, aku ingin menghabiskan masa muda hingga tuaku bersama kalian.

Dan satu nama seseorang yang tersemat di hatiku. Ketika aku mendapat luka batin darinya, aku berharap Tuhan menjauhkanku dengannya sejauh mungkin agar kami tak pernah bertemu lagi.

Tetapi hidupku dimainkan seperti dalam sebuah film.

Saat senyum dan canda tawa bukanlah sesuatu yang kekal. Buktinya aku mendapat luka. Dan itu membekas. Sakit. Hingga satu waktu aku merasa tidak pantas hidup di dunia ini. Segala kasih sayang lenyap.

Aku sendiri. Di bumi yang menyedihkan ini.

Namun seiring waktu, aku sadar. Pelangi butuh awan gelap dan matahari untuk menjadi indah.

Hidupku kini lengkap. Luka batin yang kuderita lambat laun mereda. Aku terpuruk karena ayah. Lalu aku kembali terpuruk karena wanita yang seharusnya kubenci mati-matian, tetapi malah mempertaruhkan nyawanya ke zona merah kota moster ini.

Aku hampir tidak bisa mengatakan, apa aku harus berterima kasih karena dia mengkhawatirkanku ataukah menyesal karena pernah menyebutnya dalam doa agar dia tak hidup lama. Tolong...maafkan aku ibu.

Aku marah saat itu dan kini aku menyesal. Seburuk apapun perlakuanmu padaku tak seharusnya aku membalas yang lebih buruk, sebab kau tetaplah wanita yang mempertaruhkan nyawa demi kehadiranku di dunia. Maaf...

Anne kini berdiri di hadapan tugu besar berisi rangkaian kata penghormatan terakhir untuk para korban bencana virus Z.

Sementara korban yang masih selamat diungsikan ke kota lain dan mendapat perawatan mental dan traumatik.

Anne meletakkan buket di depan batu itu kemudian menautkan kedua tangan berdoa sembari terpejam.

Di sisi lain, seorang laki-laki jangkung berkumis tipis dan berkacamata sedang berdiri di kejauhan, kedua tangannya tersimpan di saku celana. Memandang Anne tanpa ekspresi sebelum akhirnya menghampiri gadis cantik itu.

Pria itu ingat betul ketika menemukan Anne dalam kondisi berantakan, kedua matanya bengkak. Memberinya pelukan hangat, meredam emosi menggebu terhadapnya.

Ini takdir.

***

Setahun yang lalu....

Wilis bersama Taehyung tiba di jalanan sunyi melewati hutan. Di sana sangat gelap. Taehyung menginjak rem saat lampu mobil menyorot tumpukan batang pohon di depannya. Suasana langit juga mendung disertai rintikan gerimis.

"Harus bagaimana kapt?"

"Mau bagaimana lagi? Kita harus turun dan memindahkan satu persatu."

Taehyung menggigit bibirnya, "Kuharap mereka tidak menyerbu." Kemudian mengikuti Wilis keluar.

SHORT STORIES || YoonHunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang