REAL BOSS [2]

682 117 40
                                    

Yoona menghidupkan komputer miliknya, beberapa jam lalu dia sudah menyelesaikan separuh pekerjaannya sebelum meeting bersama Sungjae dan lainnya. File lama yang masih tersimpan di flashdisk ini mengingatkan Yoona akan memori masa lalu yang cukup menyakitkan. Untaian kata paling atas diikuti beberapa kalimat sinopsis setelahnya.

Sejenak termenung, ingatan kala jemari-jemari lentiknya menari di atas keyboard. Pada waktu itu bersama sahabatnya dan mereka saling bertukar ide.

"Pilot? Hei kenapa pilot? Kau tidak takut jatuh?"

"Aku ingin terbang ke negara mana pun gratis. Kau sendiri ingin punya kekasih seperti apa?"

Netra gelap gadis itu berbinar, "Bos. Dia keren dan berkharisma. Aku cukup sering membaca novel tentangnya, itu membuatku gila. Gaya lugas saat berbicara dan postur tegapnya ketika dia melewatiku-"

Yoona menangkup kepala gadis itu, "Sudah berapa buku yang kau baca huh?" gemasnya.

"Kalau begitu kenapa kau tidak membuatkanku novel tentang itu saja."

"Aku tidak ada pengalaman. Aku tidak pernah membaca cerita romance antara bos dan sekretaris seperti yang sering kau ceritakan. Karena aku lebih suka thiller."

"Yoonaku yang manis. Jangan cemas, akan kubantu, aku..cukup berpengalaman soal itu, hm?" Jisoo menyampirkan helai rambutnya di balik telinga dengan satu kedipan.

"Soo-ya.." Yoona terkikik melihat tingkah sahabatnya. "Okey! Aku akan membuatkannya untukmu."

"Yoona."

"Yoona..hei.."

“Yoona-ya,” seketika Yoona tersentak.

“Ya?” dia mendongak dan Haein sudah berada di hadapannya entah berapa lama.

“Kau melamunkan apa?"

"Ah tidak," gelengnya, kemudian mengarahkan kursor pada ikon exit.

"Americano.”

“Terima kasih Haein,” ucapnya begitu menerima cup yang diulurkan laki-laki itu disertai seulas senyum.

“Kau kelihatan lelah, apa kau tidur nyenyak semalam?”

“Kentara sekali ya karena mataku seperti panda? Semalam memang baru bisa tidur jam 2. Padahal kalau malam-malam hujan, itu waktu paling nyaman untuk cepat tidur.”

“Hm beberapa malam ini seringkali hujan, aku jadi malas keluar sekedar beli secup ramyeon,” Haein kembali menoleh Yoona. “Hei Yoona, jangan terlalu keras ya. Biasanya kau tidak mudah menuruti perintah bos, tapi kali ini kau menurutinya dengan alasan kuat. Tolong aku benar-benar ingin membantumu, Yoona.”

“Ssh tidak apa-apa. Kau tidak perlu memikirkanku Haein-ah. Aku bisa mengerjakannya sendiri.”

“Kalau begitu, berikan sisa pekerjaanmu yang ini, biar kukerjakan, sini!”

“Hei, aku bilang tidak perlu! Ini juga hampir selesai. Setoran hari ini tidak banyak seperti sebulan yang lalu.”

“Benar juga,” Haein menopang dagunya. “Aku memang merasakan banyak perubahan. Minat para penulis semakin menurun mengirim naskahnya ke Daehan. Padahal tim promosi sudah lebih bagus. Hei Yoona, apapun yang terjadi kau jangan pernah menyalahkan diri sendiri oke. Jika memang menurunnya kepercayaan mereka pada Daehan, itu salah Sungjae bukan kau. Kau sebagai editor sudah sangat bekerja keras. Mengerti?”

Yoona terkekeh seraya mengangguk, “Aku tahu aku tahu. Aku juga tidak pernah menyalahkan diriku sendiri.” Jemari lentik gadis itu tak luput dari perhatian Haein. Merasa bersalah tidak bisa membantu.

SHORT STORIES || YoonHunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang