“Gila sih tau gini gue gak mau ambil jurusan DKV,” Ayuna menggerutu. “Ribet, tugasnya bejibun.”
“Semua program studi pasti banyak tugas. Lo nya aja yang kelewat males. Mana semangat Yuna yang sering gue liat dulu. Makin kesini ngeluh mulu yang ada. Kan udah sering gue bantuin juga.”
Ayuna mencebik, “Tapi kan capek.” Ia yang semula berbaring telungkup kini membalikkan badan terlentang. Di sampingnya, Sehun sedang bersila disibukkan dengan laptop, apa lagi jika bukan mengerjakan tugas Ayuna yang menumpuk.
Sebagai anak teknik yang satu universitas hanya beda fakultas dengan Ayuna, ia tak begitu mahir soal seni. Dia hanya paham tentang mendesain jaringan yang ranahnya jelas berbeda.
“Lo mestinya bersyukur, gue bela-belain streaming sama browsing sana sini buat bantu ngerjain tugas lo.” Itu dilakukan sebab Ayuna malas jika disuruh mengulang penjelasan dosen.
“Jadi, gak ikhlas eung?”
“Ikhlas kok,” ujarnya sambil tetap tertuju pada laptopnya.
“Masa sih? Kok kalo ikhlas mukanya gitu?” tanya Ayuna menunjuk Sehun.
“Kenapa muka gue? dari dulu muka gue gantengnya konsisten kan,” Ayuna mendengus kemudian berusaha merebut laptop miliknya namun ditahan cowok itu. “Udah lo istirahat aja, katanya tadi capek.”
“Gak usah, sok baik ya.”
“Ya emang gue baik.”
“Nyebelin dasar!” serunya sambil mengangkat tangan hendak menjitak kepala Sehun karena kepalang kesal, tetapi Sehun lebih dulu mencekalnya.
Kekehan Sehun diakhiri dengan senyuman tipis. Entah ada kesan tersendiri menggoda Ayuna seperti itu hingga membuat cewek itu memberengut kesal.
Berdamai bukan berarti perlakuan Sehun menjadi sangat lembut dan menye-menye pada Ayuna, hanya lebih halus dari sebelumnya. Ia tak menampik fakta bila ada juga rasa tidak tega melihat Ayuna mengeluh dan uring-uringan. Walau dirinya sendiri juga sibuk.
“Gue kayanya butuh kopi deh Na.”
“Tumbenan ngantuk, biasanya juga begadang mulu.”
“Enggak, gue baru inget belum ngopi hari ini.”
“Tiati lo, kebanyakan kopi gak baik buat kesehatan.”
“Ciee perhatian,” Sehun cengengesan. “Jadi pengen ngusap kepalanya lagi.”
“Berapa kali gue bilang gue gak mau jadi peliharaan lo.”
“Tapi lo gemesin kek puppy lama-lama,” Sehun malah cengar cengir.
“Gak ada akhlak bener-bener lo ye, gue disamain sama guguk.”
“Lah elu sendiri yang mulai bilang soal peliharaan kan,” Sehun terkekeh jahil. “Udah ya istri, suami minta loh, masa gak diturutin, ntar dosa.”
“Gue istri durhaka, napa?” Ayuna mengendikkan dagunya dalam posisi duduk. Mendekat, Sehun perlahan meletakkan kedua tangannya di samping kanan dan kiri cewek itu dengan senyum tipis.
“Jam 11 nih," liriknya pada jam dinding. "Posisi lo di tempat tidur gue.”
“Ya terus? Lo pikir gue buta?” mengeryit aneh membalas tatapan Sehun sambil bersilang dada. Tak gentar sama sekali, bukan, tepatnya tidak peka sama sekali.
“Gue bisa aja ngajak lo olahraga disini,” Sehun memiringkan kepala lalu menepuk permukaan tempat tidur.
Otak Ayuna melompong, makin aneh memang Sehun itu, ia sendiri heran. “Lo kalo gabut boleh dah ye jungkir balik jadiin ini matras. Tapi sekarang inget lo lagi ngerjain tugas gue, ntar kaga kelar kelar, gue jadi telat ngumpulinnya ke dosen.”
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORIES || YoonHun
PovídkyBukan oneshoot, satu judul bisa terdiri dari beberapa chapter, genre suka-suka » Baku » Semi baku Baca aja, barangkali suka :))