This chapter being so long. Enjoy!
***
Beberapa hari yang lalu disaat Yuna sering melamun memikirkan banyak hal. Sehun memberinya waktu, hingga tak lagi membiarkan kekosongan itu terus terjadi.
"Ngelamunin apa sih? Sampai aku dicuekin."
"Enggak ada. Udah ah, aku mau belanja dulu ya di depan. Kamu beneran libur kan hari ini? Aku pengen masak banyak soalnya."
Sehun memandang jejak wanita itu yang meninggalkan senyum tipis seolah meyakinkan dirinya baik-baik saja. Sehun dapat melihat kebohongan disana.
Meski di tengah gundah gulana Yuna tidak lalai akan rutinitasnya sebagai istri. Dia melangkahkan kakinya ke warung di ujung kompleks. Berdekatan dengan apotek membuat pikirannya sejenak tersita. Gigitan kecil ragu-ragu dan memberanikan diri membeli alat testpack. Dia menganggap ini tindakan iseng sebelum dia sok tau akan dugaan-dugaannya.
Walau Sehun mengatakan libur, tentunya dia tak benar-benar beristirahat. Sebuah janji dengan klien yang telah dibatalkan mendadak disetujuinya lagi. Yuna mengangguk begitu Sehun meyakinkan akan pulang secepatnya. Setidaknya Sehun sudah berjanji menghabiskan semua yang ia masak.
Yuna kini merenung dengan kegelisahan dalam keheningan yang memekakkan. Sorot mata teduhnya enggan beranjak dari cairan kekuningan itu. Dalam hitungan detik rasa penasaran tiba-tiba melambung tinggi. Sampai pada keterkejutan yang menyenangkan dia melompat kecil dan tertawa.
Yuna berdiri memposisikan sisi tubuhnya ke arah cermin. Usapan lembut di arah yang teratur pada perut ratanya menyertai rasa bahagia yang menggelitik.
Dia hampir tak menyadari ada kehidupan di dalam sana. Rupanya dia tidur bukan berdua, tetapi bertiga bersama janin kecil di antara mereka. Tetapi Yuna masih harus membuat dirinya yakin sepenuhnya setelah tes berikutnya. Maka bila hasilnya tetap sama, dia baru akan memberitahu Sehun. Yuna bergegas berkonsultasi dengan dokter obgyn pribadinya melalui panggilan singkat.
'Dan hari ini, Sehun tau kehamilanku bukan dari mulutku sendiri. Itu sedikit ngeselin, sih. Tapi aku senang setelah tau bayiku sudah berumur 5 minggu.
Persoalanku sama Jeffan, bikin aku sempat lupa keberadaan bayiku. Sampai aku juga lupa kasih tau kabar baik itu sama Sehun.
Well, yang penting Sehun udah tau. Lihat dia gak berhenti senyum sejak pulang dari klinik bikin aku geli. Rasanya pengen nabok pipinya biar gak disangka kesambet.'
"Kamu gak berangkat lagi?"
Sehun yang mengupaskan apel di samping Yuna lalu menoleh, memberikan hasil kupasan yang telah ia potong.
"Udah kubatalin."
"Kenapa?" Yuna di sela-sela kunyahan.
"Pakai nanya. Ya nemenin kamu lah."
"Biasanya aku oke aja kok kalau kamu tiba-tiba berangkat."
Sehun terdiam, netra hazel itu bergulir menatapnya.
"Sayang..."
Sindiran sehalus sutra yang menguap di udara terasa seperti tamparan baginya.
"Minggu depan aku udah limpahin beberapa tupoksiku ke junior. Jadi aku fokus sama yang memang aku pegang aja. Artinya aku akan punya banyak waktu buat ketemu kamu. Aku gak lembur-lemburan lagi."
Yuna manggut-manggut tak acuh dengan mulut menggembung.
"Beneran lho sayang."
"Percaya."
![](https://img.wattpad.com/cover/175143140-288-k600492.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORIES || YoonHun
Cerita PendekBukan oneshoot, satu judul bisa terdiri dari beberapa chapter, genre suka-suka » Baku » Semi baku Baca aja, barangkali suka :))