Krystal dalam mode waspada pada apa yang akan dilakukan Sehun. Kedua matanya mendelik. Bahkan ia sampai menahan nafas.
"Mau apa kau?" sarkasnya.
"Sayang..." rengekan Sehun membuat Krystal ingin muntah.
"Sayang sayang kepalamu peyang. Awas kau ya! Akan kulaporkan kau pada Jongin kalau berani macam-macam." Gadis itu berteriak hingga Sehun sedikit terkesiap meski matanya masih menyipit.
Krystal mendorong keras kening Sehun dengan telapak tangan hingga pria itu terjungkal dan kembali jatuh berbaring. Kemudian meraba sekitarnya hingga menemukan sebuah bantal dan terlelap sambil memeluknya erat serta bergumam tidak jelas. Krystal mendesis sebal seraya berdiri berkacak pinggang.
Ponsel pada nakas kembali bergetar. Krystal mengalihkan atensi lalu menghampirinya. Tanpa pikir panjang ia menggeser tombol hijau. Disana terdapat kata 'rumah', entah apa maksudnya namun Krystal menebak mungkin itu dari keluarga Sehun.
"Sehun? Kok baru diangkat? Sibuk sekali ya, sampai tak sempat. Kau juga tidak membalas pesanku. Maaf ya sudah mengganggu waktu istirahatmu. Kau hebat. Finalmu luar biasa dan sangat mengagumkan. Kau tahu sayang? Semua yang mengenal atau bahkan tidak mengenalku pun memujiku sebagai-"
"Eum Sehun...dia masih tidur. Dia mabuk berat tadi."
Yoona membeku mendengar suara wanita dari seberang. Meremat telfon yang ia genggam. Tanpa pikir panjang, segera memutus sambungan secara sepihak. Otaknya mendadak kosong namun segala rasa menyesakkan saling berebut mendominasi hatinya.
Apa yang terjadi? Siapa wanita itu? Dan...mabuk? Sehun tak pernah mabuk sebelumnya. Sehunku tak mungkin mengecewakanku kan?
Wajar bila wanita berpikir demikian, terlebih seorang istri. Itu naluri. Jangan salahkan kecurigaan wanita, karena perasaannya yang sensitif dan peka. Meski tak jarang rasa itu membawa malapetaka, hingga sebuah hubungan berakhir karam.
Detik kemudian Yoona tersedu-sedu. Dadanya nyeri. Dua minggu lost contact karena Sehun sendiri memang sulit dihubungi dan tanpa balasan. Sekalinya bisa, ia malah mendengar suara seorang wanita asing. Hati Yoona seolah teriris. Tak disangka, rasa rindu dan kesetiaan telah mengkhianati kepercayaan seorang istri.
Apa itu yang membuat Sehun berubah?
Secepat itu?
---
Sehun mengerjap kemudian mengucek mata. Meregangkan otot-ototnya yang kaku sambil menguap lebar. Beberapa bagian tubuhnya terasa kebas. Pria itu melirik ponsel yang bergetar. Ia mengangkatnya ogah-ogahan. Rasanya malas keluar rumah hari ini.
"Hng?"
"Baru bangun? Ck kau tidak lupa kan ada pemotretan hari ini?"
"Hm, jam berapa?" Orang di seberang sana mendengus kasar setelah mendengar suara serak Sehun. Memijit pangkal hidungnya. Sepintas lelaki itu melirik arloji.
"Jam 12."
"Masih lama-"
"Hei Oh Sehun, ini sudah 11.50 dan kau belum apa-apa!"
Sehun menjauhkan benda itu sejenak ketika suara melengking nyaris merobek gendang telinga. Mungkin jika itu benar terjadi, Oh Sehun tak kan segan untuk membawa kasusnya ke meja hijau. Astaga itu berlebihan bila mengatasnamakan keadilan.
"Ya ya. Tidak perlu cemas Byun. Kau hanya tinggal menundanya sebentar, kau kan pintar bicara."
"Cih kalau saja mereka tidak menaruh harapan besar pada bintang lapangan sepertimu sebagai tokoh utama, Jaehyun atau Taeyong si center-back handal itu bisa menggantikanmu. Mereka juga tak kalah hebat denganmu."

KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORIES || YoonHun
NouvellesBukan oneshoot, satu judul bisa terdiri dari beberapa chapter, genre suka-suka » Baku » Semi baku Baca aja, barangkali suka :))