Fajar menyingsing dari arah langit timur, menebar sinar kemilau yang hangat di pagi yang dingin. Sepasang netra terbuka perlahan menyambut pagi. Mengubah posisi menjadi duduk sambil mengikat rambut asal dari ikat rambut di atas nakas.
Begitu menunduk dan memfokuskan diri, ia dibuat bergeming beberapa saat. Menyadari bahwa dirinya hanya mengenakan kemeja kebesaran berwarna putih yang panjangnya hanya mampu menutupi setengah bagian paha. Dia juga menatap bagian lengan.
'Baju Sehun? Kok bisa?'
Tetapi Yuna tak merasa ada yang salah dengan dirinya selain pakaian yang ia kenakan.
'Udah gila.'
Merutuki diri sendiri. Yuna ingat dia minum, tapi tak ingat setelahnya. Yang jelas dia pasti akan berusaha mengembalikan ingatannya sepanjang hari ini.
'Kalau aku tidur disini.. berarti dia.. mungkin sofa atau kamar sebelah.'
Begitu melihat jam digital di meja, dia segera beranjak dan menyingkirkan kebingungannya sementara ini.
***
Sehun tengah sibuk dengan celemek. Dia memasak nasi goreng dengan bumbu instan. Pagi hari yang tak banyak waktu karena dikejar jarum jam yang terus berputar menambah menit.
"Maaf aku agak telat bangunnya."
Sudut bibir berkedut menampilkan senyum simpul. Sementara kedua tangannya mematikan kompor dan meraih wadah nasi.
"Lain kali jangan diulangi ya."
Yuna terkesiap. Dalam hatinya dia bermonolog pasti Sehun membahas yang semalam.
"Apa aku bikin masalah?"
Dia menggeleng singkat. "Aku pikir kamu inget apa aja yang kita lakuin sepanjang malam."
Wajah Yuna dilanda panik sambil memegang perut bagian bawah. 'Dia gak mungkin melampaui batas kan? Tapi.. aku gak ngerasain ada yang aneh di badanku.'
"Mikir apa?" Pria itu terkekeh seraya meletakkan wadah nasi di meja lalu menyiapkan piring dan sendok.
"Kamu ya!" Yuna mendesis kesal. Pria ini selalu jahil, sengaja mengatakan hal kosong yang membuatnya kepikiran entah dengan tujuan menggoda atau setengah mengejek.
"Aku minum bukan karna Yeri. Jadi jangan marahin dia."
Sehun mengendikkan bahu. "Udah terlanjur. Seberapa akrab dia sama kamu, dia tetap adikku, Na. Meskipun lagi marah, kamu gak bakal minum kalau dia gak beli banyak."
Sehun menjeda, menatap istrinya dengan jari terangkat.
"Jadi jangan diulangi lagi. Aku akan lebih senang kalau kamu marah langsung ke aku, daripada melampiaskannya sama yang lain."
Yuna tertegun. Dia memang terlihat marah saat bersama Yeri. Namun, dia yakin dia tak mengatakan apapun alasan kenapa dia tiba-tiba kesal saat itu. Jadi Yeri jelas tak mengadu hal itu juga pada Sehun.
'Darimana dia tau aku marah karna dia? Apa jangan-jangan semalam aku..'
"Maaf."
Yuna dibuat diam membalas tatapan Sehun. Senyum tulusnya entah mengapa membuat Yuna terkesan.
"Aku janji kan gak akan lupa bilang itu setiap pagi? Sekarang makan yang banyak. Karna kita harus berangkat. Oh iya mobil kamu masuk bengkel?"
Yuna mengangguk. "Emang udah waktunya cek lagi. Kebetulan aja pas dipake Yeri, mobilnya kambuh."
"Kalau gitu aku bakal antar dan jemput kamu."
"Aku bisa ke outlet pake ojol, trans atau taksi."
Sehun memandangnya dalam diam, sorot datar tanpa emosi menelisik pasti. "Kamu masih gak nyaman satu mobil sama aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORIES || YoonHun
القصة القصيرةBukan oneshoot, satu judul bisa terdiri dari beberapa chapter, genre suka-suka » Baku » Semi baku Baca aja, barangkali suka :))