“Apa itu sangat mengganggumu? Aku tak masalah jika kau melanjutkan pendidikan militer,” kata si gadis.
“Kau juga akan kuliah kan? Tidak ada waktu untuk kita bertemu. Hubungan jarak jauh tak pernah ada yang berhasil.”
“Kau meragukan kesetiaanku? Ah aku tahu! Astaga…laki-laki mana yang tahan dengan satu perempuan ketika jarak jauh.”
“Bukan begitu An-”
“Lalu apa?! Kau selalu saja bertahan dengan alasanmu, membuatku bingung apa yang harus kulakukan. Apa kau juga memikirkan perasaanku, Wil? Kau…egois!”
Lelaki itu tertegun untuk beberapa saat. “Yah! Aku memang egois. Aku ragu bisa mempertahankan ini jadi putus adalah jalan terbaik. Mari tetap bersahabat baik seperti sebelumnya.”
Ia mengulurkan tangannya sementara si gadis hanya melihat sepintas lalu membuang muka ke arah lain, tak berniat menjabat. Terlalu sesak dadanya.
Menelan kekecewaan yang begitu pahit sebab tak menyangka kekasihnya akan mengatakan hal seperti itu di hari besar yang seharusnya penuh dengan ucapan selamat dan kebahagiaan di hari kelulusan. Kedua tangannya yang menggantung nampak mengepal erat hingga buku-buku jarinya memutih.
“Kau menyakitiku, Wil. Aku. Membencimu,” ucapnya mantab dengan penekanan. Kemudian ia berbalik melangkah meninggalkan lelaki yang telah menjadi mantan kekasihnya itu hanya mematung, tak beranjak dari tempatnya.
---
Kaki jenjang Joanne melompat-lompat ketika satu tangannya sibuk memakaikan sepatu pada kaki kiri. Ia bangun agak kesiangan hari ini sehingga terburu-buru berangkat.
Kepalanya sedikit miring mengampit ponsel antara telinga dan pundak sembari bercakap dengan seseorang dari seberang sana.
“Astaga tasku!”
“An?” Tidak ada suara kecuali derap langkah yang menggema di lantai. Setelah beberapa saat, terdengar hembusan nafas panjang.
“Sorry tasku ketinggalan tadi, ya Tuhan aku ceroboh sekali,” rutuknya.
“Ck, sama saja, tak pernah berubah.”
Anne tertawa mendengar decakan sang kakak. Gadis itu selalu pelupa jika sedang buru-buru.
“Bagaimana kabar si imut Jisung kak? Aku benar-benar merindukan anak itu.”
“Kau ini, besok kan kalian bertemu, puaskan rasa rindumu dengannya. Dan yah Jisung baik. Sangat sangat baik sampai membuat satu temannya menangis karena menaruh permen yang lengket di rambutnya. Hanya saja beberapa gurunya mengeluh Jisung yang nakal, ya ampun. Aku sendiri kewalahan menghadapinya.”
“Anak kecil wajar bila begitu.”
“Tapi aku tak pernah mengajarinya nakal, An.”
“Hm, dunia mereka dunia bermain kak. Walau niatnya untuk main-main tapi Jisung belum mengerti apa yang seharusnya tidak dilakukan.”
“Kurasa kau benar, An. Kau sudah menemukan taksi?”
“Ya, aku melihatnya berjalan kemari.”
“Kalau begitu aku tutup ya? Hati-hati di jalan.”
“Oke!”
---
Laju taksi yang awalnya berkecepatan sedang kini berubah agak pelan. “Ada apa pak?” Anne heran karena ini masih jauh dari persimpangan lampu lalu lintas.
“Sepertinya ada kemacetan panjang, nona.”
“Apa sedang ada demonstrasi?”
“Saya tidak tahu, nona. Kemungkinan terjadi kecelakaan atau memang ada para demonstran yang sedang memblokade jalan utama.”

KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORIES || YoonHun
Short StoryBukan oneshoot, satu judul bisa terdiri dari beberapa chapter, genre suka-suka » Baku » Semi baku Baca aja, barangkali suka :))