First Impression

4.2K 101 7
                                    

"Apa kau sudah tahu?".

"Tentu saja aku tahu".

Lee Ha Jin.

Bagaimana caranya menjelaskan tentang sosok gadis ini?

"Sejak aku berumur enam, Aku sudah jatuh cinta padamu".

Ha Jin menelan roti cokelat-nya, "Hee Bum oppa, Kau mau kan jadi suamiku?".

Park Hee Bum.

Oh percayalah pria ini luar biasa menyayangi gadis bar-bar seperti Lee Ha Jin.

Hee Bum mengeluarkan kembali kopi hitam yang baru saja sampai di dalam mulutnya, "Aish, Sial".

Sementara Ha Jin tersenyum riang.

"Ja-ja-jaga ucapanmu Lee Ha Jin. Ya Tuhan, Jika orang lain mendengarnya aku bisa di anggap mengeksploitasi anak kecil. Bagaimana kau bisa dengan sangat santai memintaku menjadi suamimu? Ya Tuhan". Hee Bum mengecilkan ujung kalimatnya berharap Ha Jin tak mendengar ucapannya, "Kau bahkan tak tahu cara berciuman dengan baik".

Ha Jin berdiri dari duduknya kemudian mengambil tas panjangnya untuk ia sampirkan di tubuhnya.

"Aku sudah dua puluh tiga—tidak. Dua bulan lagi aku dua puluh empat tahun Park Hee Bum-ssi".

Ha Jin berjalan mendekat kembali pada Hee Bum lalu berbisik, "Aku sudah cukup dewasa untuk bercinta".

Hee Bum tak mengerti mengapa kedua pupil matanya membesar saat satu tangan Ha Jin dengan sengaja menekan pangkal pahanya, "Dan aku tahu caranya berciuman dengan baik. Akan kupastikan bibir indah-ku ini mendapat ciuman pertama darimu, Oppa".

Hee Bum masih terperangah dengan aliran darahnya yang membeku saat kesadarannya segera kembali ketika Ha Jin sudah berjalan menjauh dengan membuka pintu untuk keluar rumah.

"Yak—yakkkkkk bayi kecil kau mau kemana? Yakkk. Aku belum selesai bicara. Aku datang untuk membahas sesuatu denganmu, Ini tentang makam kakakmu yang—".

Ha Jin berhenti sejenak ketika pintu di hadapannya sudah terbuka, Mengeraskan rahang-nya Ha Jin berkata, "Itu tujuan-ku hari ini. Aku akan menemui keparat yang tak memiliki hati itu, Dia tak akan pernah ku biarkan membangun casino dan segala hal menjijikkan diatas makam kakakku".

-J-

Suasana kantor sedang dalam bahaya.

Yah, Setidaknya Na Hyun Sik mengartikannya seperti itu.

Boss besar-nya sedang dalam suasana hati yang sangat tidak baik, Padahal langit diluar sana sedang memancarkan romansa-nya tapi boss tampan-nya ini sama sekali tidak bisa bekerjasama dengan langit.

Dan tebakan Hyun Sik semakin menemui titik-kebenaran saat boss tampan-nya....

"YAKKKKKKKK SIALAN APA KEMAMPUANMU HANYA SEJAUH ITU? SAMPAI SAAT INI KAU BELUM JUGA MAMPU MENEMUKAN WANITA YANG MAU MENGANDUNG BAYIKU? NA HYUN SIK, KAU INGIN KEHILANGAN PEKERJAANMU?".

Benar bukan?

Hooo.

Tak sia-sia Hyun Sik mengenal pria ini selama bertahun-tahun.

Bukannya memberi jawaban, Hyun Sik seolah sengaja memancing amarah boss tampan-nya dengan berjalan untuk menuju sofa berwarna biru.

"BRENGSEK KAU BENAR-BENAR INGIN KU PEC—".

"Haishhhh sial".

"Ka-kau baru saja mengumpat padaku? Pada boss—".

"Yak brengsek. Kau lupa ini hari apa? Sabtu. S.A.B.T.U". Gerutu Hyun Sik, "Artinya aku bukan karyawan-mu sekarang jadi kau tak bisa memecatku apalagi merenggut pekerjaanku".

All I Need Is A Baby, End.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang