Lee Ha Jin.
Ha Jin tak tahu darimana ayah dan ibunya mendapatkan nama itu, Ha Jin, Lee Ha Jin.
Tapi jika boleh memamerkan satu hal dari dulu hingga kini, jujur saja Ha Jin mencintai Ha Jin.
Maksudnya, namanya.
Ha Jin menyukai namanya sendiri.
Ha Jin mencintai namanya sendiri.
Saat orang-orang memanggil namanya, Ha Jin tak mengerti mengapa hatinya bisa sangat senang.
Ibunya pernah berkata jika nama adalah sebuah penggambaran diri tapi hingga kini Ha Jin masih tak tahu penggambaran apa yang sekiranya kedua orang tuanya bayangkan saat mengukir nama Ha Jin sebagai namanya. Sedangkan ayahnya pernah berkata jika sudah jatuh cinta pada nama Ha Jin bahkan jauh sebelum dirinya bertemu dengan sang ibu, jauh sebelum dirinya di lahirkan. Ayahnya tak menyebut sebuah alasan yang jelas mengapa mencintai nama Ha Jin tapi dengan tersenyum di sore itu ayahnya berkata jika nama Ha Jin selalu mampu membuat hatinya terasa penuh akan perasaan bahagia oleh cinta.
Dan kini selain namanya sendiri, Ha Jin juga mencintai dua nama lain dalam hidupnya.
Yah, setidaknya hingga kini dua nama saja tidak tahu nanti apakah akan bertambah atau tidak.
Dua nama yang membuat nafas hidupnya terasa lebih berarti.
Dua nama yang membuat senyumnya bisa terus mengembang.
Dua nama yang kini menjadi alasannya untuk bertahan.
Ha Jin tertunduk malu dengan debaran jantung yang tak tahu diri bersama kopi hitamnya di teras kamar yang beratapkan langit sore yang begitu indah dengan awan-awan yang berarak lembut bersama dengan desah angin yang membuat sudut hatinya semakin merindu.
Sialnya, mengingat dua nama itu memang mampu membuat pipinya memerah ohh astaga cuaca sudah sangat dingin sekarang yang benar saja kau Lee Ha Jin.
"Eomma".
Ha Jin berbalik dengan kedua tangannya yang memeluk gelas kopinya, bersama dengan senyumnya yang terus mengembang.
-J-
"Jadi dokter Lee, apa kau bisa memimpin operasi anak ini?".
Ha Jin menghempas pelan tubuhnya pada sandaran kursi dengan kedua mata yang masih fokus pada satu lembar kertas di tangannya.
Rapat ini sudah berjalan selama tiga puluh menit dan belum juga menemuia titik-terang.
"Keluarga pasien hanya ingin anaknya di operasi jika kau sebagai dokter utama". Seru sang dokter anestesi, "Aku sudah mencoba berulang kali bicara dengan ayah atau ibunya, bahwa jadwal operasimu sudah sangat penuh. Sampai akhir bulan ini saja kau hampir tak memiliki libur tapi mereka tetap meminta agar operasi anaknya di pimpin olehmu".
Dokter anestesi adalah dokter spesialis yang bertanggung jawab dalam proses pembiusan sebelum pasien menjalani operasi atau prosedur medis lainnya. Dokter anestesi ini juga memiliki keahlian dalam manajemen penanganan nyeri dan perawatan pasien.
"Sebenarnya aku pun bisa melakukannya, maksudku operasi dokter Lee sudah melebihi batas. Sejak kedatangannya kembali kesini dua tahun lalu, dokter cantik kita ini hampir menjadi penghuni rumah sakit ini yang jarang pulang ke rumah". Seru dokter lain dengan gurauan-nya.
Ha Jin tersenyum kecil.
Nyata-nya itu memang benar.
Keputusan dua tahun lalu yang dirinya ambil untuk kembali ke rumah sakit Paris dan menerima tawaran sebagai direktur sebenarnya sangat merepotkan. Maksudnya, Ha Jin tak pernah mengira jika posisinya sebagai direktur benar-benar membuatnya menjadi orang paling sibuk dari hari senin hingga ketemu senin lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
All I Need Is A Baby, End.
RomanceDi pertemukan oleh Masalah. Di persatukan oleh Takdir. Di patahkan oleh Kenyataan. Lalu di sembuhkan kembali oleh Perasaan. 'Aku mencintaimu. Kau dengar itu?'.