***
Sorry, banyak typos sama sekali tidak di edit. Udah capek ngetik haha ini salahsatu chapter terpanjang yang pernah ku buat.
Ha Jin menatap penuh hampa pada segelas susu milik Kyuhyun yang baru saja dirinya buatkan untuk pria lebah itu.
Dan Kyuhyun menyadari tatapan kehampaan itu jadi ia mencoba untuk berkelakar dengan berkata, "Jika kau tak mau membuatkanku segelas susu, tak usah di buatkan sungguh aku tak apa. Aku jelas lebih memilih tak meminum susu seumur hidupku daripada harus kehilangan senyum cantikmu".
Dan itu berhasil.
Walau pun hanya sedikit tapi Ha Jin tersenyum untuk dua deti bersama dengan helaan nafasnya yang mulai memberat.
Kyuhyun menggeser duduknya agar lebih dekat lalu mengambil satu tangan Ha Jin untuk ia genggam dan letakkan diatas pangkuannya, "Jika belum sanggup untuk bercerita sekarang, tak apa. Aku akan menunggu kapan pun kau siap. Jangan di paksakan, hmm?".
Ha Jin menatapnya kembali untuk empat detik sebelum tertunduk sembari menggeleng.
"Dia beralasan keluar karena ingin membeli makanan untukku lalu beberapa saat kemudian mungkin sekitar dua puluh menit dia datang bersama tiga orang lainnya yang dimana ke semuanya adalah pria dewasa".
Kyuhyun tak mengerti, Ha Jin berbicara dengan posisi kepalanya yang masih tertunduk dan dengan getaran suara yang sangat jelas terdengar takut tapi Kyuhyun memahami satu hal saat keadaan seperti ini.
Memposisikan dirinya untuk bisa tetap bersabar.
"Apa kau mau mengangkat kepalamu dan menatapku?". Seru Kyuhyun sangat pelan, "Aku mau menatap wajah yang paling ku sukai saat mendengar semua ceritanya".
"Ak-aku—aku malu".
Kyuhyun berusaha untuk tersenyum di tengah kegetiran suara Ha Jin, "Hanya ada aku disini, hanya aku yang menatap wajahmu".
"Aku takut".
Membasahi bibirnya, Kyuhyun melanjutkan dengan menambah erat genggaman-nya sembari mengangguk, "Apa yang kau rasakan saat aku menggengam tanganmu seperti ini?".
"Kehangatan. Sebuah perasaan aman dan nyaman, seolah aku bisa menjadi pemenang atas semua munafik dunia padaku".
Kyuhyun kembali mengangguk, "Lalu untuk apa perasaan malu yang kau rasakan? Untukku? Kau merasa takut juga karenaku?".
Ha Jin menggeleng sangat pelan bersama dengan kepalanya yang masih tertunduk.
"Jika kau merasa hangat, aman, nyaman dan merasa bisa menjadi pemenang atas munafik dunia padamu saat aku menggenggam tanganmu maka angkatlah kepalamu sayang. Tatap aku dan ceritakan semuanya semampu yang kau bisa dan selebihnya biar menjadi tugasku untuk terus menggenggam tanganmu".
Sejujurnya Kyuhyun merasa sedikit frustasi saat Ha Jin masih tak mau mengangkat kepalanya tapi di detik ke enam semuanya seolah menjadi lebih mudah saat kedua mata indah itu kembali menatapnya walau dengan pancaran yang masih tercetak jelas sangat takut.
Kyuhyun mengambil inisiatif untuk mengecup punggung tangan Ha Jin yang berada dalam kekuatan genggamannya lalu tersenyum sebentar menikmati kedua mata Ha Jin yang menatapnya dan menyempurnakan semuanya dengan maju untuk mengecup—cukup lama—kening Ha Jin.
'Saat dimana kau berhasil membuatnya bercerita atau saat dimana nona Lee-lah yang ingin memulai untuk bercerita maka satu hal yang harus kau lakukan tuan Cho, lebih akrab-lah dengan kata sabar. Sebab bagi seorang pasien yang sedang mengalami trauma mendalam yang cukup menggores luka di relung hatinya itu semua tak mudah untuk di ceritakan kembali. Jika bisa memilih maka seorang pasien trauma tak akan pernah mau masuk kembali ke dalam kisah kelam itu melalui sebuah cerita ulang, kenapa? Karena itu sama saja dengan dia memaksa dirinya untuk kembali masuk ke dalam situasi saat itu, situasi saat dimana proses trauma itu terjadi. Aku tahu tak mudah mendampingi seseorang dengan trauma yang mendalam tapi aku juga yakin jika hanya kau yang bisa membawa nona Lee kembali, pupuk rasa sabarmu lebih banyak agar kau bisa menerima hasil yang indah di akhir'.
KAMU SEDANG MEMBACA
All I Need Is A Baby, End.
RomanceDi pertemukan oleh Masalah. Di persatukan oleh Takdir. Di patahkan oleh Kenyataan. Lalu di sembuhkan kembali oleh Perasaan. 'Aku mencintaimu. Kau dengar itu?'.