Life Is Between A & B-4

257 62 11
                                    

"Hai".

Tersenyum dengan cantik sembari tangan kanannya mengusap perut Ha Jin melanjutkan, "Selamat pagi, lebah jelek. Bagaimana? Hari ini kau masih belum mau membuka matamu untukku?". Menarik nafas sembari memberenggut lucu, Ha Jin memukul-tidak. Tepatnya menepuk pelan punggung tangan Kyuhyun yang bebas dari selang infus untuk berkata, "Kau bilang rela melakukan apapun asal aku mau tersenyum untukmu dengan sangat cantik di setiap paginya. Aku sudah sangat cantik pagi ini, kau tahu?". Ha Jin melanjutkan, "Aku menghabiskan waktu hampir dua jam untuk merias wajahku pagi ini, hal yang sangat jarang kulakukan. Aku sudah tersenyum juga sudah sangat cantik pagi ini lalu mengapa kau masih saja belum membuka matamu? Waktu dua jamku untuk berhias sia-sia saja, kau menyebalkan ternyata".

Menjeda sebentar kalimatnya untuk sekedar memandangi wajah pucat Kyuhyun, Ha Jin semakin paham akan satu hal.

"Aku tak mau lagi tersenyum dengan cantik untukmu".

Bahwasanya entah itu hanya sebuah perasaan sayang atau lebih tapi Cho Kyuhyun sudah membawa sebagian hatinya pergi.

Tertunduk cukup lama dengan deru nafas yang mulai kembali bergetar, Ha Jin berkata lirih, "Jangan tinggalkan aku, pria lebah.

Masih dengan tertunduk, Ha Jin menambahkan, "Bayimu sudah ada lalu kenapa kau yang tak ada sekarang?".

Sekuat tenaga bertahan agar air matanya tak kembali bergelinang, Ha Jin menarik-lepas hembusan nafasnya yang mulai memberat.

"Kau menyebalkan. Terakhir kali kau bilang kau mencintaiku lalu kenapa kau membuat orang yang kau cintai berada dalam pilihan yang sulit? Aku jelas tak mau memutus semua peralatan medis yang menopang nafasmu kini dan aku lebih-lebih tidak rela jika nenekmu membawamu pergi, kedua pilihan itu menyulitkanku".

Lalu Ha Jin mengakhiri kalimat getirnya dengan lebih lirih, "Aku harus apa sekarang? Apa yang harus ku pilih pria lebah, hmm? Ayolah bangun, bantu aku".

Ha Jin berulang kali bertekad.

Berulang kali berjanji.

Berulang kali merapalkan kalimat yang sama.

Berulang kali mencoba untuk tidak menangis lagi.

Dan sejauh apapun usahanya untuk menghindar, nyata-nya di setiap hari hatinya terasa semakin sesak. Nafasnya bak terbelenggu, jiwanya seperti telah hilang entah kemana, senyum yang dirinya usahakan tetap cantik di setiap paginya pun sesulit itu untuk melakukannya sekarang.

"Apa kau sedang bernegosiasi dengan Tuhan? Jika benar, tolong katakan padanya. Katakan jika....". Menggigit bibir bawahnya kuat dan menghapus bulir air matanya yang sudah jatuh, Ha Jin mencoba untuk kuat, "Katakan, katakan pada Tuhan jika Lee Ha Jin membutuhkan Cho Kyuhyun atau jika Tuhan tak ingin mengembalikanmu padaku maka katakan padanya untuk ambil saja kembali bayimu ini".

Menggeleng dengan sangat cepat sembari terisak, Ha Jin menyatakan dirinya gagal.

Gagal dalam sebuah pertahanan yang ia buat sendiri.

Nyata-nya dirinya tak sekuat itu.

"Sebab aku tak mau bayi ini jika ayahnya tak ada".

Bersama dengan isak-tangisnya yang tertahan tapi mampu menyesakkan hati siapa pun yang melihat, Ha Jin terus menggenggam erat tangan Kyuhyun yang bebas.

Termasuk Na Hyun Sik yang melihat yang saat ini telah berdiri dengan pintu terbuka bersama nenek Kyuhyun yang baru saja datang.

"Halmeoni". Kata Hyun Sik.

"Aduh, kenapa kau berhenti berjalan dan hanya berdiri disini? Oh Tuhan, Na Hyun Sik kau menghalangi jalanku-".

Hyun Sik menutup pintu kamar rawat inap kelas satu Kyuhyun lalu menatap tepat ke dalam iris mata nenek Kyuhyun, "Ada satu hal yang harus kau tahu tentang kondisi Lee Ha Jin saat ini".

All I Need Is A Baby, End.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang