"Kau tahu? Khawatirmu ini sudah seperti seorang ibu".
Kyuhyun mengambil tempat untuk duduk diatas sofa kecil yang muat hanya untuk satu orang kemudian melanjutkan, "Aku ini baru saja sampai di hotel, Na Hyun Sik-ssi. Tepatnya satu jam yang lalu, ku harap kau tak mengangguku selama disini. Hooo, sungguh aku bosan mendengar suaramu itu".
Terdengar helaan nafas terlalu di buat-buat Hyun Sik dari ujung telepon, "Yah, kau kesana untuk bekerja jadi jangan berharap dering ponselmu bisa damai, aku pasti akan selalu meneleponmu untuk bertanya sudah sejauh mana pekerjaan itu". Hyun Sik memberi jeda pada kalimatnya untuk berdeham, "Kecuali tujuanmu kesana untuk berbulan madu maka aku jelas tak akan menganggu".
Secara otomatis tanpa di suruh, Kyuhyun membawa kedua matanya pada Ha Jin yang masih berkutat untuk mengatur makanan yang baru saja datang.
"Jangan gila, Cho Kyuhyun".
Kyuhyun berdeham, "Gi—gila apa? Sialan".
Hyun Sik jelas sedang tersenyum di ujung telepon sebelum sahabatnya itu melanjutkan, "Jangan sampai kau berbelok untuk merubah tujuan awalmu kesana. Aku tahu betapa kau sangat berusaha keras menekan hasratmu pada Ha Jin selama kondisinya yang seperti ini, kalian disana hanya berdua, di dalam satu kamar hotel yang sama, aku bahkan sangsi kau memilih untuk tidur di sofa lalu membiarkan Ha Jin yang tidur di ranjang". Hyun Sik kembali berdeham penuh goda, "Aku yakin kau akan lebih memilih untuk tidur di ranjang yang sama dengan Ha Jin. Jangan merubah tujuan kesana selama tiga hari untuk bekerja menjadi tiga hari untuk bercinta".
Kyuhyun tak sempat mengumpat pada Hyun Sik saat Ha Jin sudah ada di hadapannya untuk membawa sepiring kue cokelat.
"Na ahjussi yang menelepon?".
"Kenapa kau tahu pria jelek ini yang menelepon?".
Ha Jin tersenyum sembari menyimpan piring yang ia bawa keatas meja yang berada di depan Kyuhyun lalu berjalan mengitari meja untuk duduk tepat pada lengan sofa yang Kyuhyun sedang duduki.
"Berikan padaku, aku mau bicara pada Na ahjussi".
Kyuhyun menaikkan satu alisnya, "Untuk apa kau bicara pada jelek ini? Tidak, tidak. Katakan saja padaku biar aku yang menyampaikan padanya".
" Yah, nona manis ingin berbicara padaku?". Sahut Hyun Sik riang di ujung telepon.
"Sama sekali tidak.Memangnya kau sepenting itu?". Kata Kyuhyun ketus.
Ha Jin memasukkan potongan kue cokelat yang sudah setengah ia gigit ke dalam mulut Kyuhyun lalu begitu saja mengambil ponsel Kyuhyun sembaru tersenyum senang saat Kyuhyun menatapnya dengan raut kesal namun menjadi satu pemandangan lucu baginya.
"Halo, ahjussi. Apa kabarmu?".
"Halo, nona manis". Hyun Sik tersenyum sebentar mendengar nada suara Ha Jin yang sangat riang.
Lee Ha Jin memang bukan keluarganya tapi jika mengingat beberapa waktu yang lalu tentang kondisi Ha Jin yang sempat mengkhawatirkan maka Hyun Sik bersyukur sekarang sudah bisa kembali mendengar keceriaan itu dari diri Ha Jin.
"Kabarku baik nona tapi seperti biasa aku tetap sibuk. Bahkan beberapa jadwal kencan butaku harus ku batalkan".
"Batal? Kenapa?".
"Apa alasannya harus kukatakan? Sudah sangat jelas semua karena pekerjaan yang sangat banyak yang di berikan oleh pria yang pasti sedang menatapmu kesal sekarang".
Ha Jin melirik sebentar pada Kyuhyun—yang memang sedang menatapnya sedikit kesal—lalu kembali tersenyum kecil menjawab Hyun Sik, "Sebanyak apa gerangan pekerjaan yang di berikan pria lebah ini sampai-sampai kencan butamu harus menjadi korban, ahjussi?".
KAMU SEDANG MEMBACA
All I Need Is A Baby, End.
RomanceDi pertemukan oleh Masalah. Di persatukan oleh Takdir. Di patahkan oleh Kenyataan. Lalu di sembuhkan kembali oleh Perasaan. 'Aku mencintaimu. Kau dengar itu?'.