Satu bulan kemudian.
"Hai".
Ha Jin tersenyum cerah, secerah mentari pagi yang memberi kehangatan.
Hingga detik ini sejujurnya Ha Jin masih tak percaya jika dirinya benar-benar telah menyandang status sebagai seorang ibu, ibu dari bayi kecil yang membuat hari-harinya lebih berwarna juga berarti.
Selama satu bulan ini semua berjalan dengan tenang, terlalu tenang hingga terkadang membuat Ha Jin justru semakin gelisah.
"Bukankah sangat tidak adil, hmm? Aku yang mengandungmu, kau ada di dalam perutku tapi kenapa wajahmu justru lebih mirip ayahmu?".
Ha Jin melanjutkan senyum bahagianya bersama dengan satu tangannya yang membelai penuh kasih bayi kecil dalam gendongannya.
Seperti pagi-pagi sebelumnya, bayi kecil dalam gendongannya akan menangis keras bila terlambat di beri asupan ASI-nya. Rutinitas setiap pagi yang sejujurnya sedikit melelahkan tapi anehnya membuat Ha Jin untuk pertama kalinya merasakan perasaan bahagia yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.
"Selamat pagi, ibu muda".
Ha Jin memutus pandangannya pada wajah terlelap bayinya untuk menatap Na Eun yang baru saja datang.
"Kali ini apa lagi yang kau bawa? Yah, buah-buahan yang kau bawa kemarin saja masih memenuhi lemari pendinginku, Cho Kyuhyun apa lagi hooo astaga dia hampir memindahkan isi seluruh makanan di toko ke apartemen ini".
"Halo bayi kecil, ternyata kau tak pernah melewatkan rutinitas jam tujuh pagimu". Na Eun mengangguk, "Kau sangat konsisten, benar-benar mirip dengan ayahmu". Lanjut Na Eun dengan garis senyum merekah.
"Apa boleh aku menggendongnya?".
Ha Jin mengerucutkan bibirnya, "Jelas tidak boleh".
Na Eun membuat raut wajah seperti kecewa lalu berkata, "Aku tak pernah menyangka kau berubah menjadi seorang ibu yang sangat pelit".
Ha Jin tersenyum sembari kembali menatap bayi dalam gendongannya.
"Omong-omong, aku serius. Berhenti terus membawa makanan kesini, astaga tubuhku bisa membesar karena kalian semua yang terus menyuruhku makan ini dan itu".
"Makanan-makanan yang ku bawa baik untuk memperlancar air susumu, aku mencari beberapa artikel dan katanya selain vitamin, mengonsumsi makanan sehat serta buah yang cukup sangat bagus untuk wanita yang baru melahirkan".
"Dan aku lebih tahu apa saja yang harus ku konsumsi, jangan lupakan aku seorang dokter Jung Na Eun".
Na Eun memberenggut sembari Ha Jin kembali tersenyum kecil menatap bayinya.
"Kau baik-baik saja kan?".
"Aku?". Ha Jin mengangguk, "Ng, aku baik-baik saja. Memangnya kenapa?".
Na Eun membuang nafasnya kasar lalu bersandar pada kepala sofa, "Satu bulan yang lalu saat wanita tua itu menamparmu, menuduhmu hingga kau jatuh pingsan dan untuk pertama kalinya aku melihat amarah Cho Kyuhyun yang meledak dan mengerikan lalu melarang semua orang mendekatimu". Na Eun kembali menggeleng sebentar, "Sungguh hari itu adalah salahsatu hari yang tak ingin ku ulang di dalam hidupku. Aku tahu dia menyayangi cucunya tapi tak seharusnya menuduhmu sembarangan apa lagi tuduhan semacam kau adalah pembunuh kakakmu, demi Tuhan kau tak mungkin melakukan hal seperti itu".
Na Eun kembali melanjutkan, "Kau jatuh pingsan hingga tak sadarkan diri selama dua hari, aku sangat takut terlebih dengan amarah yang sangat kentara Cho Kyuhyun mengusir neneknya sendiri di depan semua orang. Aku tak pernah melihat tatapan mata Kyuhyun yang sangat menyeramkan seperti yang dia lakukan malam itu pada neneknya, dia menatap neneknya seperti iblis yang siap menusuk kapan saja. Saat Na Hyun Sik bilang nenek Kyuhyun adalah monster maka malam itu aku percaya jika Cho Kyuhyun jauh lebih menakutkan dari monster terkejam yang pernah ada. Malam dimana kau jatuh pingsan adalah malam dimana aku bisa menyaksikan langsung betapa dia sangat mencintaimu, dia menatap neneknya sendiri dengan tatapan marah". Na Eun melanjutkan dengan menatap Ha Jin, "Pria lebahmu luar biasa dalam hal membelamu".
KAMU SEDANG MEMBACA
All I Need Is A Baby, End.
RomanceDi pertemukan oleh Masalah. Di persatukan oleh Takdir. Di patahkan oleh Kenyataan. Lalu di sembuhkan kembali oleh Perasaan. 'Aku mencintaimu. Kau dengar itu?'.