Profesor Iblis

40.3K 2.5K 47
                                    


Intan tercengang saat melihat Zein sedang asik makan bersama ibunya.

"Mau ke mana, Tan? Kamu kan belum sarapan. Sini sarapan dulu! Nak Zein aja baru sarapan lho, ini," ucap ibu Intan.

Sementara itu Zein pura-pura sibuk makan dan tak menghiraukan Intan.

Akhirnya Intan pun menghampiri mereka dan duduk di hadapan Zein.

"Pantas saja kamu suka sakit. Ternyata kamu sering melewatkan sarapan?" gumam Zein. Ia begitu menikmati makanan yang dimasak oleh Intan dan ibunya. Namun sebagian besar makanan itu diolah oleh Intan.

Intan tidak menjawab ucapan Zein, ia langsung melahap makanan miliknya karena tidak mungkin berdebat dengan profesornya itu.

"Masakan Ibu enak sekali," puji Zein.

"Ini Intan yang masak," sahut Fatma, santai.

Deg!

Zein hampir saja tersedak. Ia tak menyangka wanita yang selama ini selalu ia marahi ternyata pandai memasak. 'Serius ini dia yang masak? Ternyata enak juga makanannya,' batin Zein.

Intan menyunggingkan sebelah ujung bibirnya. Ia bangga karena telah dipuji oleh Zein meski secara tidak langsung.

"M-masakan kamu enak," ucap Zein. Ia malu karena sudah terlanjur mengatakannya.

"Terima kasih, Prof," sahut Intan.

"Gimana, cocok gak sama masakan Intan?" tanya Fatma.

Zein hanya membalasnya dengan anggukkan.

"Alhamdulillah ... Ibu jadi tenang. Kalau kalian udah nikah nanti kan Zein gak akan kelaparan, hehe," ucap Fatma.

Uhuk! Uhuk!

Intan dan Zein tersedak mendengarnya. Meski sudah berencana akan menikah dalam waktu dekat. Namun jika mendengarnya dari orang lain, rasanya mereka masih sangat canggung.

"Kalian ini kompak sekali? Belum menikah tapi sudah sehati," puji Fatma.

Mereka yang sedang minum pun semakin salah tingkah.

'Ibu apa-apaan, sih? Siapa juga yang sehati sama dia? Males banget,' batin Intan, kesal.

'Kenapa aku jadi gerah gini, ya?' batin Zein.

Akhirnya mereka makan dalam kondisi salah tingkah.

Beberapa saat kemudian mereka sudah selsai makan dan mereka pun pamit pada Fatma.

"Bu, aku berangkat dulu, ya. Ibu hati-hati di rumah. Kalau ada apa-apa, jangan lupa kabari aku!" ucap Intan, kemudian ia bersalaman dengan Fatma.

"Iya, Tan. Kamu juga hati-hati di jalan, ya!" sahut Fatma.

"Saya juga pamit, Bu. Terima kasih atas sarapannya. Assalamu alaikum," ucap Zein.

"Waalaikum salam ...."

Zein dan Intan menuju ke mobil tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

Saat tiba di dalam mobil, kali ini Intan tidak melupakan seatbelt-nya. Ia sudah trauma dengan kejadian kemarin. Rasanya jantung Intan hampir meledak saat wajah mereka berhadapan. Apalagi parfum Zein sangat harum. Membuat Intan selalu terbayang-bayang oleh aromanya.

Setelah Intan memasang seatbelt, Zein melajukan kendaraannya. "Hari ini kita operasi lagi, ya!" ajak Zein.

"Baik, Prof," sahut Intan, singkat. Ia bingung bagaimana cara berkomunikasi dengan Zein. Sehingga Intan hanya bisa menjawabnya secara singkat.

Dinikahi Profesor Galak (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang