Ia kesal karena dibentak oleh seorang wanita. Namun ia yang sedang patah hati itu tidak ada energi untuk berdebat. Sehingga Bian memilih melanjutkan perjalannnya menuju markas.
Sementara itu, Intan dan Zein sudah menyelesaikan pergulatannya. Saat ini mereka sedang bermesraan di tempat tidur.
"Mas, gimana ini aku bolos? Kasihan kalau nanti banyak pasien yang datang," keluh Intan.
Ia baru sadar bahwa dirinya terlambat setelah selesai bercinta.
"Gak apa-apa bolos sekali. Lagi pula suster di sini cukup kompeten. Mereka sudah biasa menghadapi pasien saat dokter tidak ada. Jadi kamu jangan khawatir ya, Sayang!" jawab Zein.
Saat ini Intan sedang berada di pelukan suaminya itu. Mereka bahkan belum sempat mengenakan pakaian. Sehingga hanya menutupi tubuhnya menggunakan selimut.
"Ya udah, iya. Mumpung ada suami di sini. Kapan lagi kan bisa dipeluk sama Mas? Apalagi kalau Mas udah pulang ke Jakarta," ucap Intan, memelas.
Zein menatap istrinya sambil tersenyum. Kemudian ia mengusap-usap kening hingga kepala Intan.
"Oh iya, Mas kok tiba-tiba datang ke sini, sih?" tanya Intan.
"Kenapa? Kamu gak suka?" Zein balik bertanya.
"Bukan begitu, Mas. Aku kan cuma nanya. Lagian aku tau kesibukan Mas kayak apa. Kan baru beberapa hari lalu Mas pulang dari sini," jelas Intan.
"Karena cinta," jawab Zein.
"Heuh?" Intan masih belum paham.
"Aku cinta kamu. Jadi aku gak mau istriku didekati pria lain. Mas cemburu," ucap Zein, jujur.
Intan langsung tersenyum. Ia tersipu malu kala mendengar Zein mengaku bahwa dirinya cemburu.
"Cemburu kenapa, Mas?" tanya Intan.
"Kamu nakal! Kenapa kemarin kamu bisa sama dia? Mas gak suka," ucap Zein sambil mencubit hidung istrinya.
Intan ternganga. "Kemarin?" tanyanya. Ia tidak merasa sedang bersama Bian.
"Di rumah Pak Kepala Desa." Zein memberi klu.
"Ya ampun. Itu kan aku cuma sekilas aja ketemu dia, Mas. Jadi Mas datang ke sini cuma karena itu?" tanya Intan. Ia tak percaya alasan suaminya datang ke sana hanya karena hal sepele yang sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan.
"Ya! Apalagi ponsel kamu tidak bisa dihubungi. Mas cuma takut istriku diambil orang," ucap Zein. Kemudian ia mengecup bibir istrinya.
"Astaga ... aku gak nyangka ternyata suamiku yang galak ini so sweet banget, ya? Bisa-bisanya terbang jauh ke sini cuma karena salah paham. Entah dari mana Mas bisa tau ada dia di sana. Tapi aku cuma kepikiran, gimana dengan kerjaan Mas? Bukannya kemarin katanya bakalan sibuk, ya?" tanya Intan.
"Pekerjaan masih bisa dilakukan lain waktu. Tapi keselamatan istri gak mungkin bisa ditunda," jawab Zein.
Intan mengerutkan keningnya. "Keselamatan?" tanyanya, heran.
"Ya, karena kamu sedang menjadi mangsa hewan buas. Jadi Mas datang ke sini demi menyelamatkanmu. Sebab, jika kamu sudah berhasil dimangsa olehnya, Mas akan menyesal," jelas Zein, jujur.
Kejadian foto kemarin membuat pikiran Zein terbuka. Ia tidak sungkan untuk mengutarakan perasaannya lagi. Sebab dukungan para netijen yang mengatakan bahwa Intan dan Bian sangat cocok, membuat Zein sadar bahwa istrinya itu sangat berharga.
"Mas gak percaya sama aku, ya?" tanya Intan.
"Mas sangat percaya sama kamu. Tapi Mas gak percaya sama dia," jawab Zein sambil menatap Intan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinikahi Profesor Galak (TAMAT)
RomansaIntan yang sedang melaksanakan koas di rumah sakit Harapan Keluarga begitu benci pada konsulennya-Zein yang sangat galak dan selalu memarahinya jika melakukan kesalahan, sialnya ternyata mereka telah dijodohkan dan harus menikah. "Saya harap Prof bi...