Mau tidak mau Intan pun menjawab telepon dari Bian. Padahal ia sudah berjanji pada dirinya sendiri tidak akan berhubungan dengan Bian lagi meski hanya sebatas teman.
Telepon terhubung. Intan langsung menekan tombol loadspeaker.
"Ya halo," ucap Intan, kikuk.
"Hai dokter cantik, lagi apa, Nih?" tanya Bian.
Intan gelagapan saat ditanya seperti itu oleh Bian. Sementara Zein terbelalak, rasanya ia ingin membanting ponsel Intan.
"Lagi belajar," sahut Intan. Ia berharap dengan begitu Bian akan segera menyudahi panggilannya.
"Wah, lagi sibuk, ya? Aku ganggu, dong?" tanya Bian.
"Udah tau, nanya," gumam Zein, kesal.
"Hehehe," sahut Intan. Ia bingung hendak menjawab apa.
"Ya udah deh kalau begitu. Maaf ya, udah ganggu," ucap Bian.
"Iya, gak apa-apa," jawab Intan.
Akhirnya Bian memutus sambungan teleponnya.
"Ikut saya ke rumah sakit!" pinta Zein sambil beranjak.
Intan pun langsung menoleh ke arahnya. "Lho, bukannya Mas mau operasi?" tanyanya.
"Iya, makanya kamu ikut ke rumah sakit!" ucapnya lagi.
"Kenapa aku harus ikut?" tanya Intan sambil membuntuti Zein.
Zein kesal dan menghentikan langkahnya. "Kenapa kamu keberatan? Apa kamu mau temuin dia setelah saya pergi?" tanya Zein sambil menatap Intan.
"Mas cemburu?" skak Intan.
Zein sulit berkata-kata. "Sudahlah, jangan berdebat! Saya tidak ada waktu. Ayo cepat ganti pakaian!" ucap Zein, kesal. Lalu ia balik badan dan masuk ke kamarnya.
Intan langsung menjebik. "Cemburu aja gak mau ngaku," cibir Intan. Kemudian ia berlari kecil menuju kamar. Mereka pun bergegas ganti pakaian, kemudian segera pergi ke rumah sakit.
Zein langsung melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Ia sudah terbiasa dikejar kondisi darurat seperti ini. Sehingga Zein sudah seperti pembalap jika sedang ada yang kritis.
Intan hanya bisa diam sambil berdoa karena takut suaminya salah prediksi dalam berkendara dan berakibat fatal.
Namun beruntung ternyata Zein cukup lihai. Sehingga mereka bisa tiba di rumah sakit dengan selamat.
"Tunggu di ruangan saya!" pinta Zein.
"Baik, Mas!" sahut Intan. Mereka berpisah di parkiran basement.
Saat Zein hendak berbelok, ia mendengar suara yang tidak asing memanggil Intan.
"Dokter, katanya lagi belajar? Kok ada di sini?" tanya Bian yang ternyata ada di rumah sakit juga.
Deg!
Zein menghentikan langkahnya. "Sial! Kenapa dia ada di sini?" Ia menyesal telah mengajak Intan ke rumah sakit. Seandainya tahu Bian ada di sana, pasti Zein tidak akan mengajak Intan ke rumah sakit.
Saat Zein hendak menghampiri mereka, seorang suster memanggilnya. "Prof! Sudah ditunggu di ruangan operasi," ucapnya.
"Oh, iya," sahut Zein. Akhirnya ia pun meninggalkan Intan dan Bian dengan berat hati.
'Duh, kenapa harus ketemu dia di sini, sih?' batin Intan. Ia tidak enak hati pada Zein. Intan yakin Zein pasti cemburu.
"Iya, tadi ada panggilan. Makanya buru-buru ke sini. Ya udah aku duluan, ya," sahut Intan. Ia pun hendak pergi dari hadapan Bian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinikahi Profesor Galak (TAMAT)
RomansaIntan yang sedang melaksanakan koas di rumah sakit Harapan Keluarga begitu benci pada konsulennya-Zein yang sangat galak dan selalu memarahinya jika melakukan kesalahan, sialnya ternyata mereka telah dijodohkan dan harus menikah. "Saya harap Prof bi...